Dimensy.id
Apollo Solar Panel

CSIS Yakini Perekonomian Indonesia Kuat Hadapi Krisis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Jumat, 14 Oktober 2022, 02:32 WIB
CSIS Yakini Perekonomian Indonesia Kuat Hadapi Krisis
Ilustrasi/Net
rmol news logo Perekonomian tahun 2023 diprediksi akan lebih berat dibandingkan tahun sebelumnya, optimisme pemerintah yang menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen dirasa sulit untuk tercapai lantaran adanya krisis ekonomi yang menghantam dunia akibat perang dan pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengungkapkan perekonomian Indonesia masih bisa bertahan untuk saat ini. Meski demikian, Yose mengingatkan kondisi ke depan akan semakin berat.

"Perekonomian kita pasti akan masih bisa bertahan, tetapi kondisi akan semakin buruk ke depan,” kata Yose lewat keterangan tertulisnya, Kamis (13/10).

Menurutnya, saat ini pemerintah masih bisa menahan kenaikan harga barang sehingga inflasi masih terjaga. Kondisi akan lebih sulit ke depan karena penerimaan pemerintah dari ekspor komoditas seperti mineral dan kepala sawit akan menggalami penurunan. Hal itu akan membuat pemerintah harus mengurangi subsidi.

Selain itu, Yose juga mengungkapkan Bank Indonesia (BI) juga harus menaikkan suku bunga acuan sebagaimana yang dilakukan bank sentral negara lain, terutama The Fed. Sebab saat ini, penurunan devisa Indonesia sudah hampir 10 persen.

"Kita tidak bisa terus-terusan mengalami devisit seperti itu. Jadi bank sentral juga harus menaikkan suku bunga. Akibatnya depresiasi mungkin harus terjadi dengan agak lebih kencang dibanding sekarang," tambahnya.

Strategi untuk tidak tidak menaikkan suku bunga acuan juga berimbas pada pelemahan nilai tukar rupiah pada USD.

"Itu terjadi karena bank sentral kita selama ini tidak menaikkan suku bunga sehingga terjadi perbedaan signifikan antara suku bunga dalam negeri dengan suku bunga bank sentral lain, akibatnya terjadi capital outflow. Mungkin pelemahan rupiah ini akan semakin kelihatan ke depan,” katanya.

Menurut Yose, kebijakan menaikkan suku bunga BI menjadi alternatif untuk mencegah defisit devisa dan memperkuat nilia tukar rupiah. Meski ketika hal itu dilakukan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat.

"Iya menaikkan suku bunga acuan, tetapi pertumbuhan ekonomi juga akan melambat," imbuhnya.

Meski melemah pada USD, nilai tukar rupiah ternyata menguat pada sejumlah mata uang lain. Mata uang Indonesia termasuk yang terkuat dibanding negara lain. Bahkan nilai tukar rupiah menguat terhadap mata uang Jepang, Australia, dan Singapura.

"Kita sebenarnya hanya melemah pada USD, kalau pada yang lain kita menguat JPY, AUD, SGD,” demikian Yose. rmol news logo article

EDITOR: IDHAM ANHARI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA