Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lebih Rendah Dari Kuartal II-2021, Ini Kata Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Mentok 4,5 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Senin, 25 Oktober 2021, 17:16 WIB
Lebih Rendah Dari Kuartal II-2021, Ini Kata Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Mentok 4,5 Persen
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati/Net
rmol news logo Angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 yang sudah mulai diprediksi pemerintah akan membaik ternyata tidak lebih besar dari kuartal sebelumnya.

Jika pada kuartal ke II-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7,07 persen secara tahunan (yoy), pada kuarta III-2021 Kementerian Keuangan memprediksi angkanya di bawah 5 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, prediksi pada kuartal III-2021 berada dalam rentang angka 3,7 hingga 4,5 persen. Dasarnya, disebabkan konsumsi masyarakat yang tercatat mulai pulih pasca-lonjakan kasus Covid-19 pada bulan Juli lalu.

Kemenkeu mencatat hal itu, salah satunya dari meningkatnya mobilitas masyarakat pada bulan Oktober yang naik 4,9 persen secara bulanan (mtm) akibat pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Kinerja ekonomi kita, dengan perbaikan ini, memberikan suatu optimisme untuk merevisi kuartal ketiga kita, outlook pertumbuhan dari kuartal ketiga kita membaik menjadi 4,5 persen, memang dibanding kuartal kedua menurun," ujar Sri Mulyani dalam jumpa pers virtual 'APBN Kita' pada Senin (25/10).

Sebagai indikator, Sri Mulyani memaparkan PMI Manufaktur telah kembali memasuki zona ekspansif mulai September 2021 di angka 52,2 meningkat dari 43,7 di Agustus. Selain itu juga dilihat dari peningkatan konsumsi listrik, dan penjualan kendaraan bermotor.

"Demikian pula dengan berbagai indeks antara lain keyakinan konsumen, penjualan ritel dan belanja Bank Mandiri. Aktivitas investasi dalam tren positif, ditunjukkan oleh konsumsi semen yang meningkat dan impor besi baja juga tetap positif," sebutnya.

Selain itu, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa aktivitas impor tumbuh cukup tinggi untuk bahan baku dan barang modal, dan menjadi faktor pendukung aktivitas produksi nasional.

"Penguatan indikator-indikator tersebut memberikan sinyal menguatnya kembali aktivitas konsumsi dan investasi domestik, di tengah inflasi yang masih relatif rendah di kisaran 1,6 persen (yoy)," katanya.

Surplus neraca perdagangan pada September 2021 yang masih kuat, lanjut Sri Mulyani, tercatat 4,37 miliar dolar Amerika Serikat, dan ditopang oleh kinerja ekspor yang tumbuh 47,6 persen (yoy), dan impor tumbuh 40,3 persen (yoy).

"Posisi cadangan devisa tercatat 146,9 miliar dolar Amerika Serikat, jauh di atas standar batas kecukupan internasional," tuturnya.

Sementara itu, Sri Mulyani menyebutkan penerimaan Negara per September 2021 mencapai Rp 1.354,8 triliun (77,7 persen dari target), atau tumbuh sebesar 16,8 persen (yoy) yang ditopang oleh meningkatnya penerimaan perpajakan, kepabeanan dan cukai (BC) dan PNBP.

"Tapi kalau dilihat (pertumbuhan ekonomi) kuartal ketiga kita mengalami Delta varian yang begitu sangat tinggi. Hal itu yang menyebabkan adanya koreksi terhadap pemulihan ekonomi kita di kuartal ketiga namun koreksi tidak terlalu dalam," tandas Sri Mulyani. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA