Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sektor Parekraf Dibuka, Kadin Indonesia: Tren Wisata Berubah, CHSE dan Digital Tourism Jadi Kunci Pemulihan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Kamis, 07 Oktober 2021, 03:38 WIB
Sektor Parekraf Dibuka, Kadin Indonesia: Tren Wisata Berubah, CHSE dan Digital Tourism Jadi Kunci Pemulihan
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid/Net
rmol news logo Pandemi Covid-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Tidak main-main, dari data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak Februari 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Jika ditotal, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4.052 juta orang. Angka itu hanya 25 persen dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019. Selain itu, kurang lebih ada sekitar 30 juta lapangan pekerjaan di sektor parekraf terdampak pandemi.

Menanggapi persoalan itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menyebutkan, sektor pariwisata mengalami kerugian lebih dari Rp10 triliun selama pandemi Covid-19. Kerugian tercermin dari kontraksi yang cukup besar dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020.

Namun Kadin Indonesia, kata Arsjad, melihat pemerintah sudah berupaya keras menyelamatkan sektor parekraf. Menurutnya, ada beberapa fase yang sudah dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan sektor penyumbang devisa besar ini, hingga merumuskan untuk membuka sepenuhnya bidang parekraf.

Arsjad mengingatkan, pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air membutuhkan kerja sama, inovasi, dan koordinasi dengan semua pihak terkait.

Karena ia memandang, membuka sepenuhnya sektor parekraf di saat pandemi belum sepenuhnya merda adalah satu hal yang tidak gampang. Pasalnya, sektor ini membutuhkan banyak orang, punya efek domino yang besar juga.

"Jadi harus cermat. Jadi, bukan berarti tidak mungkin, tapi harus dipikirkan dan siapkan betul," jelas Arsjad dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kamis dini hari (7/10).

Ia melihat, selama setahun belakangan, pemerintah telah menerapkan kebijakan berupa program stimulus untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19, di antaranya dana hibah, subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan kredit usaha rakyat (KUR) pariwisata.

Arsjad berpendapat, pandemi Covid-19 memaksa pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bertahan dan berinovasi. Vaksinasi, katanya, juga menjadi salah satu harapan untuk membangkitkan sektor parekraf di tahun 2021 ini.

Maka dari itu, Arsjad terus mendorong pemerintah untuk terus melakukan fase tanggap darurat dengan memfokuskan pada kesehatan di sektor parekraf.

"Fase ini pemerintah menginisiasi program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH, melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan persiapan pemulihan," tutur Arsjad.

"Selanjutnya adalah fase pemulihan, yakni pemerintah membuka perlahan tempat wisata. Persiapannya sangat matang, salah satunya soal penerapan protokol sertifikasi CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability)," sambungnya.

Terakhir, Arsjad menuturkan bahwa hasil pengamatan Kadin Indonesia pemerintah telah menjalankan fase penormalan, yakni persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga diskon untuk paket wisata dan MICE.

"Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah Virtual Travel Fair sejak bulan Agustus-September 2020," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA