Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nikmatnya Usaha Sambal Andaliman, Si Pedas yang Butuh Kerja Keras

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 29 September 2021, 15:52 WIB
Nikmatnya Usaha Sambal Andaliman, Si Pedas yang Butuh Kerja Keras
Hidir Dongoran dengan usaha sambal andalimannya/Net
rmol news logo Sambal memang menjadi salah satu hidangan andalan yang ada di Indonesia. Bahkan, sering kita mendengar 'belum mantap makan jika tanpa sambal'. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh seorang pengusaha dari Medan, Hidir Dongoran, yang mencoba peruntungannya dengan olahan sambal khas daerahnya, yaitu sambal andaliman.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sambal khas tanah Batak ini dikenal karena cita rasanya yang unik. Awalnya, tidak banyak yang tahu seperti apa sambal andaliman ini karena kebanyakan digunakan di rumah makan Batak dan khusus untuk masakan khas Batak.

"Seiring waktu, sambal andaliman kian populer dan digemari berbagai kalangan. Saya banyak belajar dari masukan teman-teman dan pembeli, sehingga saat ini racikan sambal andaliman dari de Frood bisa dinikmati banyak orang, bukan hanya orang Batak saja," ujar Hidir, dalam acara Jendela Usaha yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (29/9).  

Pemilik usaha kuliner rumahan de Frood ini mengatakan bahwa awal mulanya ia tidak secara sengaja menjual sambal andaliman dengan kemasan tersendiri.

"Mulanya kami menjual bandeng bandeng presto. Agar lezat, bandengnya diberi bumbu sambal. Belakangan malah pada nanya, sambelnya dijual nggak? Dari situ terbersit ide untuk mengemas sambalnya secara terpisah," tutur Hidir, yang menekuni sambal andaliman sejak 2019.

Namun, bukan berarti semudah itu ia mempromsikan jualannnya itu. Ia tidak ingin 'tanggung-tanggung'. Usaha sambalnya harus berkembang. Jatuh bangun ia memperkenalkan produknya agar bisa dikenal luas.

"Setelah menemukan cita rasa khas produk ini, saya berusaha konsisten dan menjaga kualitas dan rasa.  Rasa khas andalimannya yang kuat saya pertahankan. Lalu saya perkaya lagi agar sambal andaliman ini selain bisa menjadi penyempurna lauk, juga bisa sebagai bumbu praktis nasi goreng, misalnya," kata pria kelahiran Tapanuli Utara tahun 1974 ini.

Bahan baku harus segera diolah agar menghasilkan produk yang segar dan berkualitas baik, mwnurutnya. Kemasan pun harus selalu dipantau agar tidak terjadi kebocoran.

Upaya yang ditekuninya selama tiga tahun ini mulai membuahkan hasil. Lambat laun produksi sambalnya semakin berkembang dan dikenal di pelosok Sumatera Utara dan Pulau Jawa.

"Reseller kami banyak di Pulau Jawa. Di awal pandemi, saat diberlakukan lockdown, penjualan malah melonjak. Lalu terhempas sangat drastis saat pandemi memasuki puncaknya. Sedih juga saya. Banyak reseller yang berhenti. Padahal keberadaan reseller banyak membantu," aku Hidir.

Hidir bersyukur, saat ini penjualan mulai normal kembali. ia berharap seiring membaiknya kondisi, para reseller yang menghilang itu datang kembali dan memulai kembali kerja samanya.

Ia yakin, tidak ada usaha yang sia-sia selagi kita mau berusaha dengan gigih.  

"Mendirikan usaha itu harus serius, bukan karena ikutan," ujarnya.

Setiap bidang usaha, terutama kuliner, harus dipastikan dulu produk apa yang akan disasar dan yang dibutuhkan banyak orang, dan bisa menjadi solusi.
 
"Lakukan riset kecil-kecilan lah. Kalo pilihannya jadi produsen, pastikan produknya sudah layak jual secara rasa, tampilan, dan kemasan. Jangan cepat menyerah, nikmati prosesnya," tutup Hidir. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA