Tiga kunci itu diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika hadir dalam acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ke-43 pada Senin (23/8).
Kunci pertama yang disebutkan Airlangga adalah ekonomi hijau dan berkelanjutan, yang juga dapat mengurangi polisi.
Ia mengatakan, ekonomi hijau sudah terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui mandatori B30, pemerintah berhasil membuat harga tandan buah sawit (TBS) mencapai tertinggi. Saat ini, pemerintah juga mendorong peningkatan ekspor kelapa sawit.
"Ekspor di dalam pandemi Covid-19 juga masih bisa mencapai sekitar 20 miliar dolar AS," kata Airlangga.
Menurut Ketua Umum Partai Golkar ini, kebijakan B30 mampu membuat Indonesia menjadi negara biodiesel terbesar di dunia. Untuk itu, pemerintah juga tengah menyiapkan B100 sebagai inovasi di bidang biodiesel ini.
Kunci kedua, lanjut Airlangga, merupakan komersialisasi hasil riset. Ini perlu dilakukan lantaran riset tanpa komersialisasi akan menghambat keberlanjutkan. Langkah ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan dunia usaha.
Ia mengatakan, selama 43 tahun, BPPT telah memberikan banyak bukti terkait riset yang berhasil, belum berhasil, dan dapat dikomersialisasi atau tidak.
Dengan platform ini, pemerintah telah memberikan dukungan fiskal untuk pengembangan daya saing. Bahkan, pemerintah sudah memberikan
super tax deduction untuk vokasi, penelitian dan pengembangan.
Kendati begitu, Airlangga menyebut, pemerintah menilai BPPT dan Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN belum memaksimalkan dukungan ini.
"Alat untuk mendorong kerjasama antara privat dan industri maupun dengan akademi, itu
tools dan insentifnya sudah ada, tinggal dikapitalisasi. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perekonomian berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi," tambahnya.
Sementara kunci terakhir untuk memulihkan ekonomi melalui riset dan inovasi adalah peningkatan kemampuan teknologi informasi. Dalam hal ini, Airlangga menyoroti pemanfaatan data menuju integrasi digital atau
big data.
Saat ini Indonesia sudah memiliki pusat data di kawasan ekonomi khusus Nongsa Digital Park, Batam, dan Jawa Barat.
"( Ini) contoh beberapa perusahaan multinasional sudah menyiapkan data center-nya. Sehingga tentu ini diharapkan bisa mendorong perkembangan teknologi berbasis digital," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: