Digitalisasi sendiri tidak boleh hanya dipersepsikan sebagai migrasi dari sesuatu yang fisik menjadi virtual atau dari offline ke online semata.
Mantan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, ada hal yang lebih besar dari sekadar perubahan offline ke online.
"Perubahan besar itu adalah kepada struktur dan karakter ekonomi kita ke depan," ujar Presiden Komisaris PT Telkom Indonesia dalam webinar bertajuk
"Winning the Competition in Digital Economic Era" yang digelar Infobank pada Kamis (3/6).
"Jadi artinya, dengan transformasi digital, ekonomi kita harus menyesuaikan. Tidak boleh di satu sisi kalangan milenial sudah sangat digital. Tetapi ekonominya masih
business as usual," tambahnya.
Bambang menjelaskan, saat ini ekonomi Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam dan bergantung pada naik turunnya harga komoditas.
Padahal, menurutnya, ekonomi Indonesia seharusnya tidak boleh bebasis sumber daya alam, karena sejak tahun 1990-an sektor manufaktur sudah muncul ke permukaan.
Namun sejak krisis finansial Asia pada 1998, kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) terus menurun.
"Bahkan level industrialisasi yang kita harapkan jauh lebih tinggi daripada yang sekarang itu tidak terjadi. Rasio sektor manufaktur terhadap PDB terus menurun, dari mendekati 30 persen pada era 1990-an, menjadi dibawah 20 persen pada saat ini," jelasnya.
"Artinya kita memang harus benar-benar melakukan perubahan yang signifikan, mulai meninggalkan pendekatan sumber daya alam dan mengarahkan ekonomi kita ke berbasis inovasi," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: