Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan hal tersebut, saat dihubungi
Kantor Brita Politik RMOL, Selasa (11/5).
"Meski masih akan dinamis sampai dengan akhir tahun nanti, saya kira inflasi secara umum akan mencapai di kisaran 3 sampai dengan 4 persen. Setidaknya lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," ujar Yusuf Rendy Manilet.
Dirinya melihat dari ukuran inflasi pada bulan April kemarin, tergambar bahwa tren kenaikan inflasi mulai nampak terjadi. Hal ini disebabkan adanya faktor masuknya bulan Ramadan, sehingga mendorong permintaan barang dan jasa.
"Kenaikan permintaan ini pula lah yang mendorong inflasi. Untuk bulan Mei, khususnya lebaran saya kira trennya masih akan relatif mirip (dengan bulan April)," tutur Yusuf Rendy Manilet.
"Dengan THR yang sudah mulai disalurkan penuh, dan keinginan berbelanja menjelang lebaran, inflasi masih akan terjadi di bulan Mei," sambungnya.
Indikasi awalnya, lanjut Yusuf Rendy Manilet, sudah terlihat dari mulai merangkaknya harga beberapa pangan strategis seperti daging, telur ayam ras, cabai rawit dan minyak goreng.
"Hanya saja, kalau perbandingannya lebaran-lebaran sebelumnya, apalagi jika berbicara konteks sebelum pandemi memang inflasinya belum kembali pada titik itu," ungkapnya.
Maka dari itu, Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa jika berbicara kemampuan daya beli masyarakat, harus diakui kondisinya memang belum kembali seperti sebelum terjadinya pandemi.
"Sehingga ini kemudian juga akan tergambar pada inflasi inti yang angkanya masih akan relatif rendah jika perbandingannya angka sebelum pandemi," tandasnya.
Adapun untuk hitung-hitungan kasar Yusuf Rendy Manilet untuk inflasi pada bulan Mei nanti, angkanya berada di kisaran 0,15 persen sampai 0,2 persen
month to month atau jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: