Pandemi Covid-19 membuat semua pelaku ekonomi berteriak, tak terkecuali pengelola kedai kopi. Meski begitu, secara umum, tempat ngopi dianggap mampu bertahan di kala pandemi. Walau kebebasan berinteraksi sosial terbatas, pandemi ini dinilai tak terlalu berdampak signifikan pada antusiasme warga untuk nongkrong di kedai kopi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rain Samudera, pengelola Revo-G Cafe Yogyakarta yang juga merupakan konsultan
coffee shop di berbagai kota di pulau Jawa.
“
Coffee shop bisa bertahan hidup karena rata-rata pengelolanya mampu menjaga jaringan atau komunitas yang terbiasa ngopi di situ. Sebagian juga mengimbangi tekanan pandemi dengan melayani penjualan secara online,†ujar Rain, kepada redaksi, Senin (22/3).
Di masa pandemi ini, kata Rain, pihak pengelola kedai kopi atau barista dituntut menjadi komunikator yang baik bagi para pelanggan. Mereka, misalnya, harus mampu memberikan pemahaman pada para “ngopiers†agar tidak kecewa saat jam operasional kafe dipangkas lantaran adanya kebijakan pembatasan yang diterapkan pemerintah.
“Hal itu tentu menjadi tantangan kami. Sebab, waktu ngopi yang dipilih pelanggan merupakan bagian dari budaya ngopi yang sudah terbentuk,†lanjutnya.
Lebih lanjut Rain menjelaskan bahwa
coffee shop yang paling jaya di era sulit ini adalah
coffee shop yang memiliki konsep yang bagus.
Coffee shop yang dianggap pas, justru bukan yang berfokus pada jualan kopi saja.
“
Coffee shop itu bisa saja
core business-nya
working space atau jualan tanaman.
Coffee shop hanya jadi pendamping di situ. Atau, bisa juga berkonsep sebagai tempat bermain atau tempat nongkrong yang nyaman dengan wifi yang kuat,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: