Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengusaha Dari Denpasar, Tertarik Bisnis Jamur Gara-gara Harganya Yang Wow Sekali

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 03 Maret 2021, 18:53 WIB
Pengusaha Dari Denpasar, Tertarik Bisnis Jamur Gara-gara Harganya Yang Wow Sekali
Roni dengan puluhan baglog di dalam kumbung/Ist
rmol news logo Ketertarikannya pada usaha budidaya jamur dimulai ketika mengetahui harga jamur di wilayah tempat tinggalnya begitu tinggi. Maka, ia pun mulai mencari tahu seluk beluk jamur dan cara membudidayakanya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

"Awal mengenal jamur tahun 2011. Waktu itu jamur segar, se-ons harganya tinggi, wow sekali. Saya lalu browsing cari tahu, dari situ ingin membudidayakan jamur," ujar Faiq Zaeroni pemilik Rumah Jamur Monang maning, Denpasar, dalam acara Jendela Usaha yang diselenggarakan Kantor Berita Republik Merdeka Online, Rabu (3/3).  

Ketika itu, belum ada pembudidaya jamur di Denpasar. Peluang itulah yang coba dijajaki lulusan D3 Pariwista ini. Di sela waktunya sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan, Roni, begitu ia akrab disapa, mulai menggeluti usaha ini.

Di awal-awal memulai, Roni mencari lokasi untuk kumbung atau rumah jamur, tempat untuk merawat baglog (media tanam jamur).

Kemudian melalui seorang kenalannya, dia bisa membeli baglog sebanyak 500 buah dengan harga Rp 2.500 per baglog ketika itu.

"Kebetulan ada lahan 2 x 3 meter yang bisa dijadikan kumbung. Lahan seluas itu cukup untuk merawat 500 baglog," katanya.

Baglog diletakkan secara tersusun dalam rak-rak. Setiap ruas rak biasanya mampu menyimpan puluhan baglog.  Banyaknya rak sendiri disesuaikan dengan jumlah baglog yang akan dibudidayakan.

Budidaya jamur di Bali, utamanya Denpasar, cukup menjanjikan. Seiring waktu, beberapa pembudidaya jamur mulai bermunculan di Denpasar. Ini yang membuat Roni semakin bersemangat lagi. Targetnya ketika itu, modal yang sudah dia keluarkan harus kembali dalam waktu yang relatif singkat. Ternyata hanya dalam waktu 28 hari modalnya kembali. Maka, Roni pun semakin terpacu untuk meluaskan usahanya.

Selain browsing di internet, Roni juga rajin terlibat dalam kelompok-kelompok usaha. Ia belajar dari para senior dari berbagai daerah dan terlibat dalam setiap acara diskusi budidaya jamur. Ia mengakui, kemunitas seperti itu sangat membantu menambah wawasan dan jaringan sehingga ia dapat mengembangkan usahanya.  

Mengenai suhu udara Denpasar yang panas sementara budidaya jamur membutuhkan udara yang sejuk, Roni mengakui bahwa semua bisa dilakukan dengan teknik sendiri.

"Kita menciptakan kumbung yang sesuai. Sistem kumbung, membuat iklimnya sendiri. Saya buat lantainya dari tanah agar tetap lembab dan bisa menyerap air siraman jamur."

Kumbung juga harus bersih dan dikosongkan beberapa hari sebelum baglog dimasukan dalam kumbung dan disusun dalam rak.

Roni bersama beberapa orang karyawannya mampu memproduksi lebih dari 500 baglog setiap hari. Namun, saat ini baglog yang dibuatnya kebanyakan untuk dijual.

"Karena keterbatasan lahan, jadi fokus saya saat ini adalah menjual baglog-badlog itu untuk para pembudidaya jamur di lokasi lain. Sisanya, barulah saya simpan sendiri, untuk saya rawat sampai saatnya panen," kata Roni.

Roni juga mulai mengembangkan bisnis kuliner olahan jamur. Menurutnya, bisnis kulinef olahan jamur lebih menghasilkan sampai empat kali lipat dibandingkan menjual jamurnya itu sendiri.

"Menu dan resepnya saya cari tau juga dari browsing. Ujicoba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang pas. Jamur nikmat sekali dijadikan camilan kripik, nuget, sate, somay, dan lain-lain," katanya.

Untuk yang penasaran dengan usaha Roni, bisa meluncur ke akun Instagramnya di @rumah_jamur_bali.

Untuk yang kebetulan sedang jalan-jalan ke Denpasar, bisa mampir ke Rumah Jamur Monang maning  di Jalan Puraluhur Sandat 1, Monang maning, Denpasar Barat. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA