Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tiga Sekawan Ini Bisa Menghabiskan Lebih Dari 1 Ton Pisang Dalam Seminggu Untuk Setiap Outletnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 20 Januari 2021, 16:47 WIB
Tiga Sekawan Ini Bisa Menghabiskan Lebih Dari 1 Ton Pisang Dalam Seminggu Untuk Setiap Outletnya
Pisang goreng tanduk Arty/Ist
rmol news logo Perkawanan yang baik adalah yang saling mendukung dalam hal-hal positif yang mendatangkan manfaat. Itu juga yang terjadi pada tiga orang sahabat, Yoga, Riva, dan Andreas. Perteman itu telah melahirkan beragam inovasi kerja sama, yang terbaru adalah usaha pisang goreng.

Mengapa pisang goreng yang menjadi pilihan di antara banyak jenis usaha lain? Riva yang bertugas sebagai outlet management dan aplikasi ini mengatakan bahwa jenis camilan itu adalah yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia.

"Camilan khas Indonesia, dan bahan bakunya bisa dibilang mudah. Itu hal-hal yang mendasari kami mencoba usaha ini," kata Riva dalam diskusi virtual Jendela Usaha yang diselenggarakan Kantor Berita Republik Merdeka Online, Rabu (20/1).

Ketiganya pun mencari tahu proses pembuatan pisang goreng yang enak dan memiliki cita rasa berbeda.

"Semuanya dimulai dari bahan baku, yaitu jenis pisangnya. Ada banyak varian pisang dari berbagai daerah dan tentu memiliki tekstur dan rasa yang berbeda. Kami memilih jenis pisang yang terbaik yang kami ambil dari Sukabumi," katanya seraya menambahkan bahwa pisang asal Sukabumi juga terdiri dari beberapa daerah yang lagi-lagi teksturnya berbeda.

"Sekitar 1 ton seminggu,' ujar Riva saat ditanya berapa banyak kebutuhan pisangnya.

Upaya ketiga kawan ini membuahkan hasil. Produksi pertama pisang goreng mereka laku keras. Dari sebuah outlet kecil di bilangan Kuningan, pasar pisang goreng mereka mendapatkan tempat. Ini tentu menambah semangat mereka.

Ketiga pun tidak henti berinovasi lagi untuk pisang-pisang yang sudah terlalu matang untuk digoreng. Maka lahirlah menu baru bernama pisang madu. Menu baru ini justru menjadi menu andalan hingga saat ini.

Riva mengatakan, modal pertama membuka usaha pisang goreng ini sekitar 10 juta rupiah. Dari hasil penjualan awal yang cukup baik, ketiganya bisa membuka outlet baru di lokasi lain.

"Tapi ya begitu, ketika datang pandemi, kami harus pandai-pandai mengatur strategi. Penjualan offline terpaksa kami tutup dan kami merambah pasar online. Kami mencoba mengikuti perkembangan pasar online dengan bersinerji pada aplikasi antaran online," jelas Riva.

Ia mengatakan, penjualan online membutuhkan strategi visual yang baik, promo, varian rasa, serta layanan yang memuaskan.

Kini, pisang goreng tanduk Arty memilih belasan outlet yang tersebar di Jakarta, dengan omzet yang tak kurang dari 10 juta rupiah perhari. Di masa pandemi, angka itu sudah sangat luar biasa.

"Kami mencoba bertahan, bersaing dengan usaha sejenis. Kami selalu update menu baru, dan memberikan service yang baik. Pisang Arty sangat renyah dan gurih dan metode kami yang membuat pelanggan kembali lagi dan lagi adalah pisang digoreng dadakan saat pemesanan," katanya.

Produk pisang goreng tanduk Arty dapat dijumat di Instagram @pisang_sukun_arty atau @pisangsukun.kemang. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA