Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Inovasi Ceker Ayam Lambungkan Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 30 Desember 2020, 15:17 WIB
Inovasi Ceker Ayam Lambungkan Indonesia
Nurman Farieka, penemu sepatu kulit ceker ayam/Youtube: Hirka Official
rmol news logo Beberapa pria dewasa terlihat cakap bergumul dengan berbagai perkakas khas industri. Beberapa lainnya, terlihat sibuk menguliti dan menyamak kulit ceker ayam di ruang yang terlihat sempit karena mesin jahit.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Di ruangan seluas toko kelontong itu juga, seorang pemuda 25 tahun sibuk menyoroti hasil produksi. Ia adalah Nurman Farieka, yang berhasil melahirkan karya inovasi, mengubah kulit ceker ayam jadi alas kaki.

Terlihat fokus melihat hasil produksi, Nurman seolah melayang ke belasan tahun lalu di ruangan yang sama, ruangan yang dianggapnya 'bengkel seni'. Dirinya bercerita, di ruangan itu, ayahnya juga mulai memperkenalkan ke dunia seni berbagai dimensi. Meraba ingatan saat itu, ia juga tak sengaja menemukan jurnal usang sang ayah yang tertumpuk di antara pahatan, patung dan lukisan.

Belum paham, Nurman kecil tak indahkan jurnal itu. Hingga waktu bergulir. Ia terus tumbuh besar dan mengeyam bangku kuliah. Tidak lama, hanya satu tahun.

"Beranjak dewasa, saya mulai terbentur realita, karena semua fasilitas yang diberikan orang tua sudah putus juga (saat itu)," katanya beberapa waktu lalu.

Tak hilang arah, berbagai usaha Nurman lakoni sejak lima tahun lalu. Mulai dari pernik fesyen, gelang, hingga sablon kanvas. Sayang, menahun usaha dilakoni, mujur tak kunjung datang.

Masih di Kota Kembang, Nurman terus mencari peluang. Seolah 'mujur Pak Belang', tamatan SMA itu kembali terbayang jurnal sang ayah. Lembar demi lembar ia buka, hingga sampai pada resep penyamakan kulit ceker ayam.

Harapan mulai terisi. Bermodalkan 'harta karun' sang ayah dan hasil penjualan gelang, ia kembali melangkahkan kaki.

Membedah isi jurnal itu, dirinya mengaku, Indonesia memang memiliki stok ceker ayam yang melimpah. Tetapi, itu semua tak mudah didapat awalnya, khususnya, bahan yang cocok untuk diolah. Bahkan, di awal ia harus berebut dan memesan ceker ayam dari tukang sayur gerobak depan rumah.

"Dulu itu random. Kita ambil dari pengepul, pasar, RPH,’’ tuturnya, merujuk pada Rumah Penyembelihan Hewan.

Saat itu, bahan baku disebutnya mulai terpenuhi, meski metode belum diketahui. Permasalahan itu berlangsung cukup lama, walaupun nyatanya Nurman sudah punya pegangan dari resep sang ayah.

Setidaknya, tak kurang dari satu tahun bagi Nurman untuk menemukan takaran bahan kimia yang pas. Tentunya dengan banyak percobaan dan kegagalan.

"Dan itu (gagalnya) banyak sekali, meskipun itu tetap saya serap jadi pengalaman," jelasnya.

Untungnya, riset penyamakan selesai, bahkan, produk sepatu kulit ceker ayam rampung tak lama setelahnya. Namun, satu kendala hilang, banyak kendala datang. Ia tak tahu harus menjual ke mana.

Pengalaman usaha serabutan memang tak bisa jadi pegangan. Terlebih, tidak ada darah pengusaha yang mengalir.

Terlanjur basah, riset selama setahun lebih tidak boleh sia-sia. Nurman yakin akan selalu ada jalan, hingga akhirnya dengan berani ia lahirkan produk Hirka.

Hirka, yang artinya 'dicintai' dalam bahasa Turki, mulai ia isi dengan mimpi. Tak banyak, hanya untuk wadah menciptakan lapangan kerja dan menonjolkan khas nusantara di mata dunia.

Di saat yang sama, kata dia, penjualan masih belum marak. Hingga akhirnya datang penawaran dari distributor.

Tapi tidak ada makan siang gratis untuk Nurman. Merek Hirka yang dicintainya, harus ditanggalkan sebagai syarat dari distributor. Nurman sang penemu sepatu kulit ceker ayam, hanya boleh memproduksinya.

Realita dan idealisme Nurman kembali dipertarungkan saat itu. Jelas, ia akan memegang teguh merek yang dibangunnya. Bagi Nurman, Hirka bukan hanya sekadar merek, tapi aset bagi Indonesia ke depannya.

"Masalahnya, saya sudah riset lama-lama, dan jiwa Hirka tidak diambil. Saat itu hingga sekarang idealis saya kuat," jelasnya.

Bersama tim yang berjumlah sembilan orang, Hirka saat itu memutuskan untuk mandiri. Berbagai upaya dari mengikuti pameran dan lomba juga dilakoni.

Pilihan Nurman nyatanya juga tidak salah. Berbagai respons positif didapat Nurman dari pasar di berbagai negara. Nama Hirka pun terpampang di sejumlah media internasional seperti New York Post, Business Insider, hingga Reuters.

Gebrakan sepatu kulit ceker ayam pertama di dunia ternyata mampu menarik perhatian. Bukan hanya unik, tapi juga memberi manfaat bagi lingkungan. Padahal, di luar negeri, ceker ayam jadi limbah yang tak dikonsumsi.

Tak ayal, dengan kegigihannya itu, ia menjadi salah satu penerima Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards 2019 dari Astra bidang kewirausahaan.

Chief of Corporate Affairs Astra, Riza Deliansyah yang ketika itu menjadi juri pun mengakui keandalan Nurman dalam berinovasi. Ia menyebut pemuda itu penuh motivasi, mampu menghadapi tantangan dan hambatan, serta konsisten dengan apa yang ingin digapai.

"Kalau yang menonjol dari Nurman, produknya unik," tekannya singkat.

Ditampar mimpi, Nurman tak berpuas diri. Ia ingin terus melanglang buana bersama Hirka ke berbagai negeri. Namun sayang, dunia diserang pandemi akhir 2019, tak lama setelah nama Hirka mulai dikenal.

Walau tidak merinci, Nurman mengakui ada kesulitan pasar yang harus dihadapi. Bahkan, jelasnya, sempat dua pekan roda Hirka berhenti memproduksi.

Meski demikian, di masa pandemi ini, juga ada sisi baik. Khususnya pembelajaran dan tantangan untuk semakin meraih tujuan awal, menjadi 'wadah' bagi bagi siapapun yang tertarik pada produksi dan inovasi Hirka. Tak hanya itu, krisis ekonomi dan kesehatan global saat ini yang dialami Nurman serta Hirka untuk pertama kalinya, ia sebut juga menjadikannya peluang tersendiri bagi Hirka.

"Banyak hal yang buat saya belajar di masa pandemi ini. Improve kita banyak sekali," ungkap dia.

Ketika ditanya pencapaian Hirka sebagai wadah untuk berbagai pihak hingga kini, Nurman mulai percaya diri. Sebab, mulai dari calon usahawan, tendem bisnis hingga pelajar perguruan tinggi, dinilainya mulai tertarik. Walaupun, dirinya tak menampik jika kendala dari pandemi masih akan terasa.

"Meski banyak kendala, pelajaran dan pengalaman yang ada saat masa pandemi ini bukan halangan untuk semakin maju di waktu setelahnya," kata Nurman yakin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA