Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kurangi Ketergantungan Impor Bijih Besi Australia Dan Ambisi Bebas Karbon 2060, China Mantap Daur Ulang Baja Bekas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 18 Desember 2020, 16:52 WIB
Kurangi Ketergantungan Impor Bijih Besi Australia Dan Ambisi Bebas Karbon 2060, China Mantap Daur Ulang Baja Bekas
Tambang bijih besi/Net
rmol news logo China berencana untuk menggunakan lebih banyak baja bekas sebagai bahan baku di pabrik bajanya. Selain karena harga bijih besi yang melonjak tinggi, para analis meyakini langkah China itu dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor bijih besi dari Australia, mengingat tegangnya hubungan kedua negara.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dua faktor di atas sejalan dengan upaya pemerintah China untuk jadi negara yang bebas karbon pada 2060, menurut para pengamat.

Harga bijih besi yang merupakan komoditas ekspor utama Australia, telah meningkat tahun ini di tengah pandemi Covid-19. Melonjak hampir 30 persen dalam dua bulan terakhir. Sekitar 80 persen ekspor bijih besi Australia dikirim ke China pada 2019. Australia menjadi penyumbang sekitar 60 persen dari impor bijih besi China.

Menurut situs web Platform Layanan Publik Nasional untuk Informasi, dengan mengolah kembali baja bekas, China dapat mengatasi kekurangan sumber daya. Juga bisa menahan harga bijih besi agar tidak melonjak naik.

“Mendorong impor bahan baku besi dan baja daur ulang, dapat berperan mengatasi kekurangan sumber daya. Juga menahan harga bijih besi impor agar tidak naik tajam. Ini sekaligus meringankan biaya produksi dan tekanan modal perusahaan baja dalam negeri,”  tulis platform tersebut, seperti dikutip dari Global Times, Jumat (18/12).

Luo Tiejun, wakil presiden Asosiasi Industri Besi dan Baja China, mengatakan kenaikan tajam harga bijih Australia baru-baru ini menyimpang dari fundamental penawaran dan permintaan, yang disebabkan oleh penawaran yang tidak normal oleh para pedagang.

Menurut data resmi yang ada, pada 2019, produksi baja China adalah 996 juta ton, dan sekitar 240 juta ton baja bekas digunakan sebagai bahan baku.

Baja daur ulang memainkan peran yang semakin penting dalam produksi baja, terutama produksi proses pendek.

Wang Guoqing, direktur riset di Lange Steel, mengatakan bahwa penggunaan baja bekas yang lebih besar di China kemungkinan akan meningkatkan ruang tawar untuk pembeli bijih besi utama karena akan ada lebih banyak bahan mentah yang tersedia untuk pabrik-pabrik China.

“Mengimpor lebih banyak baja daur ulang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan harus didorong,” kata Wang.

China hanya mengimpor 184 ribu ton baja daur ulang pada 2019, jauh dari 103 juta ton yang tersedia di seluruh dunia.

Negara-negara pengekspor baja bekas global terkonsentrasi di AS, Jerman, Inggris, Jepang, dan negara-negara lain yang telah menyelesaikan industrialisasi dan urbanisasi. China terutama mengimpor dari Jepang, AS, dan negara lain.

“Sebagai sumber daya terbarukan, penggunaan baja bekas dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon dioksida, yang akan membantu mempromosikan janji negara untuk mewujudkan netralitas karbon pada tahun 2060,” ujar Wang. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA