Pengusaha Rafins Snack: Saat Pandemi Datang, Strategi Dagang Pun Harus Diubah

Ravie dengan produknya/Ist

Begitu juga yang dilakukan oleh M Ravie Cahya Ansor, pemilik usaha Rafins Snack dari Kota Lampung ini.
"Bermula dari maraknya produk snack impor yang masuk ke Indonesia, waktu itu lagi ramai salted egg. Lalu di Singapura lagi booming yang namanya Fish Skin. Saya melihat peluang untuk bisa menciptakan produk sejenis itu di Indonesia," kata Ravie, dalam acara diskusi Jendela Usaha, yang diselenggarakan Republik Merdeka Online, Rabu (16/12).
Ravie mengaku terdorong untuk membuat produk sejenis untuk menunjukkan bahwa produk dalam negeri juga mampu bersaing dengan produk impor. Tentunya dngan harga yang bisa disasar berbagai kalangan.
Dengan modal awal Rp 500 ribu, Ravie membeli satu kilo kulit ikan patin yang kemudian diolahnya di kamar kos. Dia menawarkannya ke beberapa teman dan meminta pendapat mereka.
"Di awal itu saya produksi 10 bungkus. Dan lewat komentar beberapa teman, masukan dari mereka, oh kurang ini kurang itu, menjadi masukan saya untuk menciptakan rasa yang pas. Sekitar 5-6 bulan saya melakukan riset dan mencoba memasarkannya," katanya.
Seiring waktu, produknya mendapat tempat di hati masyarakat. Pesanan pun mulai berdatangan. Strategi yang dia gunakan adalah promosi dari muut ke mulut, memberikan sampel produk, dan juga memanfaatkan media sosial.
"Promosi yang paling efektif memang lewat media sosial, tetapi jangan lupa, bagaimana pun keunggulan ada di produk itu sendiri. Jenis produk, rasa, dan kemasan, tetap menjadi yang paling utama," kata Ravie yang kini mempu menjual hampir 10 ribu pieces per bulan, ke seluruh Indonesia.
Seiring perkembangannya Rafins Snack kini memiliki varian lain selain skin fish atau kulit ikan patin, yaitu cassava atau keripik singkong, dan potato atau kentang.
Ravie mengakui bahwa pandemi sempat berdampak pada penjualan Rafins Snack yag bertitik berat di outlet-outlet offline. Mereka terpaksa menutup toko karena tidak ada wisatawan
"Selama satu setengah bulan bulan penjualan 0 persen. Dari sana kami mulai riset ulang tentang behavior market yang mulai berubah karena pandemi," ujar Ravie.
Menurutnya, banyak yang masih mau ngemil namun takut keluar rumah atau daya belinya tidak sebanyak sebelumnya. Dia pun akhirnya menciptakan kemasan yang lebih kecil lagi dan menggunakan pendekatan pemasaran yang berbeda.
"Alhamdulillah, penjualan meningkat berkali-kali lipat dari awal. Ditambah dengan bantuan teman-teman yang mau jadi distributor," ujarnya.

EDITOR: RENI ERINA
Tag:
Kolom Komentar
Video
Gunung Gede Pangrango kembali terlihat lagi dari Kota Jakarta
Kali ini Pemandangan Gunung Gede Pangrango terekam lewat unggahan video Instagram milik Ari Wibisono. quot;Alhamdulill..
Video
Tanya Jawab Cak Ulung • Melacak Tokoh Potensial 2024
Beberapa hari ini muncul hasil survei tokoh potensial pemimpin nasional tahun 2024 mendatang. Ada Parameter Politik Indo..
Video
RMOL World View • Diplomasi Halal Saat Pandemi
Data dari Pew Research Reports 2020 menunjukkan, Muslim membentuk 24,9 persen populasi di dunia, terbesar kedua setelah ..