Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Musim Hujan Datang, Australia Tingkatkan Perkiraan Ekspor Pertanian 2020-2021

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 07 Desember 2020, 16:12 WIB
Musim Hujan Datang, Australia Tingkatkan Perkiraan Ekspor Pertanian 2020-2021
Kebun anggur di Australia Selatan/Net
rmol news logo Australia telah meningkatkan perkiraan ekspor pertaniannya untuk musim 2020/2021 seiring datangnya musim hujan. Hujan lebat dinilai mampu meningkatkan produksi pertanian, meskipun ketegangan perdagangan yang meningkat akibat penurunan permintaan China terhadap beberapa komoditas tahun ini.

Biro Pertanian dan Ekonomi Sumber Daya dan Ilmu Pengetahuan Australia (ABARES) mengatakan pada hari Senin (7/12) bahwa ekspor pertanian akan berjumlah 49,24 dolar Australia atau setara 36,59 miliar dolar AS untuk musim ini yang akan berakhir pada akhir Juni 2021, atau naik satu persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 48,8 miliar dolar Australia di bulan September.

Kenaikan ekspor diperkirakan dapat memberikan dorongan lebih lanjut bagi ekonomi Australia yang telah pulih tajam pada kuartal ketiga dari resesi yang dipicu oleh virus corona.

“Produksi pertanian Australia bangkit kembali dari kekeringan,” kata direktur eksekutif ABARES Steve Hatfield-Dodds, merujuk pada hujan lebat yang mengakhiri kemarau selama tiga tahun di pantai timur negara itu, seperti dikutip dari Reuters, Senin (7/12).

"Kami mengharapkan panen musim dingin yang hampir sepanjang masa, yang terbaik di New South Wales, dan prospek musim panas yang lebih baik daripada yang kami lihat dalam beberapa tahun terakhir," lanjutnya.

Peningkatan ini dilakukan akibat terjadi ketegangan antara Australia dan mitra dagang terbesarnya, China, meningkat tahun ini.

Beijing telah memberlakukan serangkaian pembalasan perdagangan setelah Australia memimpin seruan untuk penyelidikan internasional terhadap virus corona.

ABARES mengakui bahwa prospek industri jelai dan anggur Australia mengalami tekanan sejak keluarnya keputusan China untuk mengenakan tarif pada masing-masih produk.

"Ada sejumlah risiko yang ada selama sisa 2021 yang tetap menjadi perhatian, termasuk perdagangan anggur dengan China," kata Hatfield-Dodds. ABARES tidak memberikan prakiraan ekspor ke China.

China telah memberlakukan tarif anti-dumping sementara dari 107,1 persen menjadi 212,1 persen untuk anggur yang diimpor dari Australia sejak akhir bulan lalu.

Langkah tersebut menggemakan tarif serupa pada ekspor jelai Australia setelah Beijing menyimpulkan bahwa Canberra mensubsidi para petani - sebuah klaim yang dibantah oleh Australia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA