Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meskipun Perang Dagang Terus Berkobar, Impor Kedelai China Dari AS Tetap Meroket Naik 200 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 27 November 2020, 05:49 WIB
Meskipun Perang Dagang Terus Berkobar, Impor Kedelai China Dari AS Tetap Meroket Naik 200 Persen
Ilustrasi/Net
rmol news logo Di tengah perang dagang panas antara China dan Amerika, impor China untuk biji-bijian asal AS justru melonjak pada Oktober 2020.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dilaporkan bahwa impor China terhadap kedelai asal AS melonjak hampir 200 persen tahun ke tahun di bulan Oktober karena kesepakatan perdagangan fase satu bergerak maju. Kenaikan ini juga mencerminkan basis yang lebih rendah tahun lalu ketika kedua negara berada di tengah pertarungan perdagangan yang intens.

Data dari Administrasi Umum Kepabeanan menunjukkan, pembeli utama kedelai dunia membawa 3,4 juta ton biji minyak dari AS pada Oktober, naik 196,4 persen dari 1,147 juta ton tahun lalu.

Total impor kedelai China mencapai 8,68 juta ton, atau naik 40,6 persen tahun ke tahun, di bulan Oktober. Selama 10 bulan pertama tahun ini, impor meningkat 17,7 persen, menurut data bea cukai.

Para ahli mengatakan bahwa, di saat petani kedelai di Amerika Utara memasuki musim panen, China dapat terus meningkatkan impor dari AS dalam waktu dekat, didorong oleh permintaan domestik dan sebagai isyarat niat baik untuk pemerintahan Biden yang akan datang.

Namun, rebound penuh masih bergantung pada penghapusan tarif.

"Lonjakan tersebut disebabkan oleh pengiriman setelah penandatanganan kesepakatan perdagangan China-AS tahap pertama yang tiba di China, dikombinasikan dengan basis yang lebih rendah tahun lalu," kata Jiao Shanwei, pemimpin redaksi cngrain.com, sebuah situs web yang mengkhususkan diri pada berita biji-bijian, seperti dikutip dari Global Times, Kamis (26/11).

Data dari Dewan Ekspor Kedelai AS (USSEC) menunjukkan bahwa ekspor kedelai AS ke China mencapai 12,7 juta ton untuk tahun pemasaran 2019-2020. Tahun lalu, kumulatif ekspor kedelai AS ke China adalah 6,6 juta ton, turun jauh dari tingkat sebelum perang perdagangan sekitar 30 juta ton.

Kenaikan impor merupakan tanda positif bahwa kesepakatan perdagangan fase satu masih bergerak maju.

"Perjanjian perdagangan fase satu China-AS telah secara aktif berkembang selama setahun terakhir, dan akan berlanjut sesuai teks perjanjian di bawah pemerintahan Biden yang akan datang," kata Gao Lingyun, seorang pakar di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing.

Meski beberapa target yang ditetapkan dalam kesepakatan masih belum terpenuhi karena alasan seperti pandemi, tidak ada keraguan bahwa China sedang berupaya untuk memenuhi tujuan tersebut, termasuk kedelai, kata Gao.

Di bawah kesepakatan perdagangan awal, China akan membeli tambahan produk pertanian AS senilai 32 miliar dolar AS selama dua tahun di atas angka dasar yang mencerminkan angka tahun 2017.

"Kedelai Amerika Utara saat ini sedang memasuki musim panen, yang akan berakhir pada Maret, jadi China dapat membeli lebih banyak kedelai AS, serta gandum dan jagung, sebagai isyarat niat baik untuk pemerintahan Biden yang akan datang," kata Jiao.

Namun, Jiao mengingatkan bahwa karena tarif, harga kedelai AS tetap kurang kompetitif dibandingkan dengan tanaman dari Brasil, sehingga mencegah sektor swasta China yang besar untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar.

"Jika AS ingin kedelai mendapatkan kembali dominasinya di pasar China, penghapusan tarif akan menjadi langkah pertama yang positif," kata Jiao.

China adalah pembeli kedelai terbesar di dunia, mereka telah mendiversifikasi sumbernya di tengah gesekan perdagangan dengan AS - pemasok utamanya - dan Brasil telah menjadi penerima manfaat utama.

China membeli 4,233 juta ton kedelai Brasil pada Oktober, naik 11,6 persen tahun ke tahun, data bea cukai menunjukkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA