Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jika Ancaman Perang Dagang China Jadi Kenyataan, Eksportir Australia Yang Bakal Kelabakan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 07 November 2020, 10:27 WIB
Jika Ancaman Perang Dagang China Jadi Kenyataan, Eksportir Australia Yang Bakal Kelabakan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sejumlah eksportir Australia saat ini gelisah. Mereka khawatir produk ekspor senilai enam miliar dolar miliknya akan ditolak oleh pejabat China dari pelabuhan dan bandara mulai hari ini, Sabtu (7/11).

Kekhawatiran itu datang lantaran awal pekan ini, importir China diberitahu oleh pejabat berwenang negara itu bahwa tujuh produk Australia, termasuk anggur, lobster, gula, batu bara, bijih tembaga, barley dan kayu akan dilarang masuk ke negara itu.

Jika ancaman ini menjadi kenyataan, nilai ekspor Australia ke China akan terpangkas sekitar lima hingga enam miliar dolar per tahun.

Menteri Dalam Negeri Peter Dutton mengatakan kepada acara Today, bahwa dia ‘prihatin’ dengan keadaan ini. Dia juga mengatakan bahwa pemerintah Federal sedang bekerja dengan China untuk menyelesaikan masalah tersebut.

“Kami perlu memastikan bahwa kami dapat mengatasi masalah dengan China. Ini bukan masalah yang mudah,” katanya seperti dikutip dari 9News, Sabtu (7/11).

“Mari berharap ini diselesaikan, dan impor bisa terus terus mengalir ke China. Itu adalah bagian penting dari ekonomi kita. Pada akhirnya, itu bukan keputusan pemerintah Australia,” ungkapnya.

Namun wakil pemimpin Partai Buruh Richard Marles mengatakan ratusan ribu pekerjaan dipertaruhkan dan mengatakan Pemerintah Federal harus bertanggung jawab.

“Tidak ada gunanya menunjuk China atau negara lain dan mengatakan 'itu bukan salah kami',” katanya.

Marles mengatakan hubungan ‘tanpa harapan’ antara menteri China dan Australia adalah sebuah masalah.

“Pemerintah bertanggung jawab atas diplomasinya sendiri,” ungkapnya.

Media Global Times yang didukung pemerintah China juga telah menandai larangan ekspor. Ini memperingatkan tentang apa yang disebut ‘penangguhan impor’ dalam artikel berbahasa Inggris yang diterbitkan pada hari Rabu (3/11).

Dalam artikelnya mereka menuduh Australia menyabotase hubungan dengan China.

“Analis memperingatkan bahwa kepercayaan konsumen China pada produk Australia akan turun secara signifikan jika Australia terus menyabotase hubungan bilateral, yang akan merugikan Australia pasar terbaik dan terbesar, pekerjaan dan kesempatan untuk segera pulih dari pandemi,” tulis Global Tmes.

Dalam beberapa bulan terakhir, produsen daging sapi, jelai, batu bara, dan anggur Australia terjebak dalam ketegangan yang meningkat dengan China setelah bentrokan terkait virus corona, Hong Kong, dan campur tangan asing. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA