Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pandemik Merayap Naik, Bukannya Turun Volume Perdagangan Turki-AS Justru Makin Meningkat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 10 Oktober 2020, 06:54 WIB
Pandemik Merayap Naik, Bukannya Turun Volume Perdagangan Turki-AS Justru Makin Meningkat
Kapal Niaga Turki/Net
rmol news logo Pandemik Covid-19 yang tengah berkecamuk nampaknya tidak terlalu berpengaruh buruk terhadap kerjasama ekonomi antara Turki dan AS meskipun ada naik turun hubungan antara kedua negara. Itu diungkapkan lewat sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Wakil Menteri Perdagangan Turki Riza Tuna Turagay, Kamis (8/10).

Menurut Turagay, meskipun ada pandemi virus corona perdagangan bilateral dan hubungan bisnis dengan AS justru telah mengalami peningkatan.

“Volume perdagangan naik 3,5 persen setiap tahun selama saat-saat luar biasa ini ketika negara-negara berjuang untuk berdagang dengan mitra mereka,” kata Turagay dalam webinar tentang masa depan hubungan perdagangan Turki-AS, yang diselenggarakan oleh Organisasi Warisan Turki, seperti dikutip dari Daily Sabah, Jumat (9/10).

“Volume perdagangan kami dengan AS adalah 6,4 miliar dolar AS  pada tahun 2002. Kami sekarang berbicara tentang volume perdagangan sebesar 21,1 miliar dolar AS,” kata Turagay.

Menurutnya, di saat pandemic seperti sekarang tidak banyak negara yang mampu meningkatkan kerjasama perdagangannya, dan Turki membuktikan mereka berhasil melakukannya.

“Mengingat keadaan saat ini, tidak ada negara lain yang berhasil meningkatkan perdagangannya dengan mitra dagang utama. Kami telah berhasil meningkatkan volume perdagangan dengan Amerika Serikat,” ungkapnya.

“Target 100 miliar dolar AS dalam perdagangan bilateral yang ditetapkan oleh kedua negara tidak bermotif politik,” tambahnya.

Sebelumnya Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump pada bulan Juni 2019 telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan tujuan perdagangan bilateral dari 75 menjadi 100 miliar dolar AS, yang telah diulangi oleh pejabat kedua negara dalam beberapa kesempatan.

Ekspor Turki ke negara dengan ekonomi teratas dunia itu melonjak 5,4 persen tahun-ke-tahun dari Januari hingga September tahun ini menjadi hampir 6,14 miliar dolar AS, naik dari sekitar 5,83 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, menurut data Majelis Eksportir Turki (TIM).

"Terlepas dari itu kami telah melihat beberapa pasang surut dalam hubungan bilateral kami, pada saat ini, ini semua tentang perdagangan dan hubungan komersial," kata Turagay.

“Saya yakin kita harus mencapai kemajuan yang cepat menuju target. Dalam hal ini, meningkatkan jejaring antar komunitas bisnis kita sangat berharga,” ujarnya.

Turagay mencatat bahwa perjanjian perdagangan bebas (FTA) antara Turki dan AS untuk saling meliberalisasi perdagangan di sektor tertentu akan memberikan dorongan yang sehat untuk hubungan bilateral.

Senator Republik AS Lindsey Graham pada bulan Juni lalu mengatakan Ankara dan Washington harus mengatasi serangkaian rintangan luar biasa untuk mencapai kesepakatan FTA antara kedua negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan bilateral Turki-Amerika telah mengalami fluktuasi dramatis karena masalah yang terus berlanjut termasuk Suriah, rudal S-400 yang dibeli Ankara dari Rusia dan ekstradisi Fetullah Gulen, yang mendalangi upaya kudeta 15 Juli yang diatur oleh Grup Teror Gulenist (FETÖ).

Graham mengatakan kesepakatan itu dapat mengubah hubungan menjadi lebih baik - tidak hanya bercita-cita memiliki lebih banyak perdagangan untuk mencapai 100 miliar dolar AS, tetapi lebih dari itu yakni mengintegrasikan ekonomi.

Namun menurut Turagay, beberapa masalah perlu diselesaikan sebelum mencapai kesepakatan seperti itu.

“Kami membentuk serikat pabean dengan UE, jadi kami perlu mengikuti langkah UE. Itu salah satu kendala,” jelasnya.

Tarif produk baja Turki dan penghapusan Turki dari program sistem preferensial umum untuk perdagangan juga dianggap pembatasan oleh Ankara, katanya.

“Jadi, masalah ini harus kita selesaikan, dan langkah selanjutnya adalah kesepakatan perdagangan bebas,” ujarnya.

Trump telah memberlakukan tarif 25 persen untuk baja impor dan 10 persen tarif untuk aluminium impor dari seluruh dunia pada Maret 2018 berdasarkan ‘alasan keamanan nasional’.

Pada bulan Agustus tahun yang sama, Trump mengumumkan bahwa dia menggandakan tarif Pasal 232 menjadi 50 persen untuk baja dari Turki di tengah ketegangan atas penahanan seorang pendeta Amerika yang kini telah dibebaskan Andrew Brunson, yang sempat ditahan di Turki atas tuduhan terkait dengan FETO dan kelompok teroris PKK.

Ankara telah membalas hal itu dengan menerapkan tarif yang sama pada beberapa produk impor dari AS.

Pada Mei 2019, akhirnya AS memangkas tarif impor baja dari Turki menjadi 25 persen. Pada 2018, sebelum keputusan tersebut, ekspor baja Turki ke AS adalah 900 juta dolar AS, dan pada 2019 turun menjadi  271 juta  dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 70 persen.

Meskipun Ankara mencoba membahas langkah tersebut dengan Washington, ini terbukti tidak membuahkan hasil, dan Turki kemudian mendaftarkannya ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Pada bulan Juli, Pengadilan Perdagangan Internasional AS menemukan bahwa keputusan Trump tentang baja Turki melanggar hukum, yang memutuskan bahwa presiden tidak memiliki kewenangan untuk melakukan modifikasi hukum terkait.

Secara terpisah, Kedutaan Besar AS di Ankara pada hari Kamis (8/10) mengatakan pabrikan Turki telah memberikan alat pelindung diri (APD) senilai lebih dari 110 juta dolar AS kepada lembaga pemerintah dan distributor industri perawatan kesehatan di Amerika Serikat.

Dalam pesan video melalui akun Twitter-nya, kedutaan mengatakan pandemi akan lama diingat karena kerugian yang ditimbulkannya dalam kehidupan manusia dan mengganggu ekonomi global. Sebaliknya, tambahnya, pandemi juga menjadi contoh niat baik dan menciptakan beberapa peluang komersial.

“Produsen Turki menyelamatkan nyawa dengan menyediakan APD, yang nilainya melebihi 110 juta dolar AS, kepada lembaga pemerintah AS dan distributor perawatan kesehatan lainnya,” katanya.

“Inisiatif ini tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga secara langsung berkontribusi pada dua prioritas Amerika Serikat. Dengan meningkatkan perdagangan antara Amerika Serikat dan Turki, hal itu membawa kami lebih dekat ke tujuan bersama untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral menjadi 100 miliar dolar AS, ”kata kedutaan.

“Turki memberikan alternatif ke China dengan menambahkan keragaman pada rantai pasokan sektor kesehatan AS,” katanya, seraya menambahkan, “Memperkuat hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Turki memungkinkan kemakmuran dan peluang untuk meningkat di kedua negara.”

Menanggapi tweet tersebut, Direktur Komunikasi Kepresidenan Fahrettin Altun mengatakan Turki peduli dengan tujuan perdagangan bilateral dengan AS

Altun mengatakan dalam sebuah tweet, “mengacu pada pandemi, kami telah mengulurkan tangan kami untuk membantu tidak hanya Amerika Serikat, tetapi juga banyak negara di dunia, bersama dengan sekutu NATO kami yang lain, seperti Inggris, Spanyol dan Italia.”

“Kami peduli dengan target perdagangan bilateral kami sebesar 100 miliar dolar AS dengan Amerika, dan kami melakukan bagian kami dalam hal itu,” kata Altun. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA