Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ekonomi China, Dua Pemulihan Yang Bertolak Belakang Pasca Pandemi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 25 September 2020, 08:59 WIB
Ekonomi China, Dua Pemulihan Yang Bertolak Belakang  Pasca Pandemi
Ilustrasi/Net
rmol news logo Dunia telah melihat bahwa China mampu bangkit dari keterpurukannya akibat pandemi. Bahkan, China digembar-gemborkan sebagai ekonomi besar pertama yang pulih dari dampak virus corona. Namun, sebenarnya kebangkitan itu tidak merata.

Sementara pemulihan ekonomi di wilayah pesisir China sedikit meningkat pada kuartal ketiga, perusahaan-perusahaan di daerah pedalaman justru semakin  tertinggal.

Laporan dari China Beige Book International yang berbasis di AS menunjukkan bahwa mayoritas dari 3.300 perusahaan yang disurvei mengalami pemulihan yang jauh lebih lambat daripada mereka yang berada di kawasan elit, seperti di sekitar Beijing, Shanghai, dan Guangdong.

Data resmi menunjukkan bahwa ekonomi tumbuh 3,2 persen di kuartal kedua tahun 2020 dari tahun sebelumnya, setelah merosot dengan rekor 6,8 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan tahun-ke-tahun lebih dari 5 persen untuk kuartal ketiga, tetapi studi tersebut menunjukkan gambaran yang lebih tidak merata di lapangan.

Pendapatan penjualan meningkat 41 persen kuartal ke kuartal untuk Shanghai dan wilayah elit di timur Zhejiang dan Jiangsu, tetapi turun 10 persen di wilayah barat yang lebih terpencil di Tibet, Gansu, Qinghai dan Xinjiang, menurut laporan itu.

Ini terjadi karena ekspor Hong Kong turun selama enam bulan berturut-turut pada Agustus, turun 2,3 persen dari tahun lalu. Tetapi mengurangi penurunan 3 persen pada Juli.

Dennis Ng Wang-pun, presiden Asosiasi Produsen China Hong Kong, memperkirakan ekspor Hong Kong akan terus mencatat penurunan satu digit dalam beberapa bulan ke depan, seperti dikutip dari The Standard, Jumat (25/9).

Sementara itu, regulator valuta asing daratan memberikan kuota baru sebesar 3,36 miliar dolar AS, di bawah skema Qualified Domestic Institutional Investor outbound untuk pertama kalinya sejak April 2019.

Selain itu, masuknya obligasi pemerintah China dalam Indeks Obligasi Pemerintah Dunia, yang dijalankan oleh FTSE Russell, diharapkan dapat membawa miliaran dolar AS ke pasar obligasi dalam negeri daratan.

Goldman Sachs memperkirakan masuknya China dapat mendorong 140 miliar dolar AS ke obligasi China daratan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA