Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kementerian ESDM: Penggunaan Energi Terbarukan Bisa Tingkatkan GDP Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Kamis, 24 September 2020, 14:49 WIB
Kementerian ESDM: Penggunaan Energi Terbarukan Bisa Tingkatkan GDP Indonesia
Diskusi daring mengenai energi terbarukan yang diselenggarakan IBCSD bersama Kementerian ESDM/Repro
rmol news logo Enam puluh persen gas rumah kaca di dunia dihasilkan dari penggunaan energi oleh manusia. Indonesia sendiri adalah negara terbesar di Asean dalam hal konsumsi energi dan jumlahnya terus meningkat pesat.

Menanggapi fakta tersebut, pemerintah Indonesia telah menargetkan proporsi penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2030, serta 31% pada tahun 2050.

"Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen di tahun 2030 tanpa bantuan dan 41 persen dengan dukungan internasional. Ini termasuk dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2 di tahun 2030," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM, Harris Yahya dalam diskusi daring  bertajuk ‘Unlocking Renewable Energy Demand from Commercial and Industrial Buyers for Green Economy’, Kamis (24/9).

Kebutuhan investasi untuk merealisasikan target tersebut, jelasnya, ditaksir senilai Rp 3.500 triliun. Bidang Pembangkit Listrik EBT ditargetkan dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 156,6 juta ton CO2 (atau 49,8% dari total aksi mitigasi sektor energi) dengan kebutuhan investasi sebesar Rp 1.690 triliun.

Dalam kacamata ekonomi, pengurangan biaya pada sistem energi dikombinasikan dengan pengurangan polusi udara dan emisi karbon dioksida akan menghemat hingga 53 miliar dolar AS per tahun, atau diperkirakan 1,7% dari GDP Indonesia tahun 2030. Artinya, kata Harris, percepatan penggunaan energi terbarukan dapat meningkatkan GDP Indonesia sebanyak 1,3% pada tahun 2030.

Senada dengan Kementerian ESDM, President Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Shinta Kamdani menjabarkan, menurunnya biaya energi terbarukan telah menciptakan peluang baru untuk pemanfaatan, termasuk di sektor komersial dan industri.

"Karena permintaan energi bersih terus meningkat di negara berkembang, sektor industri telah memimpin komitmen untuk menggunakan energi bersih dalam operasinya,” jelas Shinta.

Perusahaan anggota IBCSD yang menjadi thought leader dalam penggunaan energi terbarukan antara lain Coca-Cola Amatil Indonesia. Direktur Public Affairs, Communications dan Sustainability Amatil Indonesia, Lucia Karina menyampaikan, sejak tahun 2017, pihaknya telah mendeklarasikan komitmen publik untuk target keberlanjutan yang akan dicapai di tahun 2020. Salah satu di antaranya adalah tentang perubahan iklim dan energi.

Sejalan dengan inisiatif sustainability yang telah dilaksanakan, di awal tahun 2019, Coca-Cola Amatil Indonesia telah memulai pemasangan atap panel surya di pabrik terbesarnya di Indonesia di Cikarang Barat. Amatil Indonesia juga terus berinvestasi dalam program efisiensi energi di semua operasi, termasuk mentransformasi lemari es yang digunakan pelanggan dengan model yang lebih hemat energi dan beberapa lainnya.

“Berbagai investasi telah digulirkan untuk keberlanjutan lingkungan merupakan bukti konkret komitmen kami untuk keberlanjutan lingkungan dan meninggalkan warisan positif," ujar Lucia Karina. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA