Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tak Gubris Seruan Trump Untuk Pulang, Perusahaan AS Di China Ingin Beralih Ke Asia Tenggara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 09 September 2020, 12:44 WIB
Tak Gubris Seruan Trump Untuk Pulang, Perusahaan AS Di China Ingin Beralih Ke Asia Tenggara
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping/Net
rmol news logo Desakan Presiden Donald Trump kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan China tampaknya tidak digubris dengan baik.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hasil survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika di Shanghai menunjukkan, hanya sekitar 4 persen dari lebih 200 perusahaan AS yang akan mengembalikan produksi mereka ke rumah.

Laporan yang dirilis pada Rabu (9/9) tersebut menyebut, sebanyak lebih dari 75 persen dari perusahaan AS tidak berniat untuk mengalihkan produksi keluar China, 14 persen akan mengalihkannya ke negara lain, dan hanya 7 persen yang akan kembali ke Amerika.

“Asia Tenggara adalah tujuan paling umum. Jelas bukan AS,” ujar Presiden Kamar Dagang Amerika di Shanghai, Ker Gibbs dalam sebuah wawancara, melansir Bloomberg.

Survei tersebut juga menunjukkan, para responden yang merupakan perusahaan AS mengaku pesimis dengan keadaan hubungan Washington-Beijing.

Sebanyak 26,9 persen mengatakan, ketegangan dagang akan berlangsung tanpa batasan waktu, naik dari 16,9 persen pada tahun lalu.

Sedangkan 22,5 persen dari mereka yang memperkirakan ketegangan hanya akan bertahan antara tiga hingga lima tahun ke depan. Angka tersebut naik dari hasil survei pada 2019, yaitu 12,7 persen.

Meski begitu, Trump telah kembali memperbarui ancamannya terhadap perusahaan-perusahaan AS yang berada di China dan negara lain pada Senin (7/9).

"Kami akan memberlakukan tarif pada perusahaan yang meninggalkan Amerika untuk menciptakan lapangan kerja di China dan negara lain," ancam Trump.

Walau begitu, Kamar Dagang Amerika di China menemukan, sebagian besar perusahaan tidak berencana untuk mengurangi lapangan pekerjaan di China. Lebih dari dua pertiga dari mereka mengatakan akan bertahan atau meningkatkan jumlah staf.

"Sekitar 29 persen pengurangan direncanakan, sebagian besar karena pandemi," kata Gibbs.

Survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang AS di Shanghai melibatkan hampir 350 anggotanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA