Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kasus Jiwasraya Dan Bumiputera Gerus Kepercayaan Masyarakat Terhadap Asuransi Jiwa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Kamis, 30 Juli 2020, 13:47 WIB
Kasus Jiwasraya Dan Bumiputera Gerus Kepercayaan Masyarakat Terhadap Asuransi Jiwa
Ilustrasi Jiwasraya/Net
rmol news logo Kasus gagal bayar polis asuransi PT Jiwasraya dan AJB Bumiputera berimbas pada turunnya kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa nasional.

Hal ini makin serius dengan adanya pandemik virus corona baru (Covid-19) yang berdampak pada perlambatan ekonomi domestik.

Chairman Infobank Institute, Eko B. Supriyanto menerangkan, industri  asuransi jiwa nasional mengalami kemerosotan pendapatan selama dua tahun terakhir.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keungan (OJK), perolehan premi bruto industri asuransi jiwa yang dihuni 61 perusahaan tumbuh negatif 0,38 persen atau menjadi Rp 185,33 triliun pada tahun 2019.

Pertumbuhan tersebut melanjutkan tren penurunan yang terjadi tahun sebelumnya, yaitu di 2018 premi industri asuransi jiwa tumbuh 1,20 persen, anjlok sangat dalam dari capaian tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 16,23 persen.

Dari data capaian dua tahun industri asuransi tersebut, Eko mengatakan sebagian perusahaan asuransi jiwa fokus memasarkan produk-produk asuransi berbalut investasi, seperti unit link yang dijadikan tulang punggung bisnis asuransi jiwa.

Namun, karena terlalu dipenuhi produk-produk berbasis investasi bergaransi, perusahaan asuransi jiwa menjadi agresif masuk ke saham dan reksa dana, sehingga berakibat kepada kasus gagal bayar.

“Begitu pasar saham anjlok, banyak yang akhirnya bermasalah. Ditambah lagi ada problem lain, yakni tidak sedikit terjadi pelanggaran good corporate governance (GCG),” ujar Eko dalam diskusi virtual bertajuk 'Peluang dan Tantangan Asuransi di Era Digital', Kamis (30/7).

Rapor merah industri asuransi jiwa bisa dilihat dari capaian pos laba. Di mana pada tahun 2019 lalu, laba sebelum pajak industri ini negatif Rp 6,59 triliun. Kemudian 2018, meski laba industri merosot sangat dalam, dari Rp 13,08 triliun pada 2017 menjadi Rp 194,09 miliar, namun masih tumbuh positif.

“Perolehan laba per Mei 2020 membaik, naik 128,26 persen menjadi Rp 1,21 triliun dari total 54 perusahaan asuransi jiwa,” ungkap Eko.

Namun jika mengacu kepada indikator keuangan lainnya seperti pendapatan premi bruto justru menunjukkan kemerosotan. Per Mei 2020 saja, pendapatan premi bruto mengalami minus 12,54 persen menjadi Rp 64,01 triliun, Investasi minus 8,12 persen menjadi Rp 426,24 truliun, dan aset minus 5,52 persen menjadi Rp 531,14 persen.

Oleh karena itu, Eko berkesimpulan bahwa kinerja industri asuransi umum relatif lebih baik dibanding asuransi jiwa. Karena sejumlah indikator kinerja keuangan menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan.

Secara umum, kinerja industri asuransi umum pada 2019 lebih baik ketimbang 2018. Hanya saja, menurut Eko, masih ada persoalan lama yang sepertinya belum teratasi oleh industri ini, yakni besarnya cost dalam berkompetisi.

“Sebelumnya, banyak perusahaan asuransi umum yang tertekan oleh biaya pemasaran akibat kompetisi yang ketat, di tengah kondisi perekonomian yang belum bergairah. Sehingga supaya tidak kehilangan kue pasar, perusahaan-perusahaan asuransi jor-joran memberi komisi,” demikian Eko B. Supriyanto.

Mengacu data OJK, tahun lalu industri asuransi umum yang diwakili 78 perusahaan meraup pendapatan premi bruto Rp 69,79 triliun. Secara tahunan, angka itu tumbuh 16,29 persen atau lebih tinggi daripada pertumbuhan premi bruto 9,80% di tahun 2018.

Perolehan laba industri asuransi umum pada 2019 tercatat lebih mengembang. Tahun lalu laba sebelum pajak industri ini mencapai Rp 6,57 triliun, tumbuh 13,31 persen secara tahunan. Pertumbuhan laba 2019 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan laba 2018 yang tercatat 8,87 persen.

Namun per Mei 2020, kinerja asuransi umum mengalami penurunan. Dari total 74 asuransi umum, pendapatan premi bruto mengalami minus 6,37 persen menjadi Rp 26,77 triliun. Laba minus 7,51 persen menjadi Rp 2,23 triliun. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA