Mengutip Bank of Korea pada Kamis (23/7),
Reuters melaporkan, produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan mengalami penurunan sebesar 3,3 persen pada kuartal kedua, lebih buruk dari jajak pendapat yang hanya mencatatkan kontraksi sebesar 2,3 persen.
Pada kuartal sebelumnya, PDB Korea Selatan sudah menurun sebanyak 1,3 persen.
Ekspor barang dan jasa yang menjadi keunggulan Korea Selatan anjlok sebesar 16,6 persen, terburuk sejak kuartal terakhir pada 1963. Angka tersebut hampir 40 persen dari PDB tahun lalu.
Konsumsi swasta yang menghasilkan hampir setengah dari PDB Korea Selatan, mulai naik 1,4 persen dari kuartal sebelumnya. Di mana kuartal sebelumnya turun 6,5 persen.
Jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, PDB Korea Selatan turun 2,9 persen, penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1994 dan lebih buruk dari jajak pendapat yang memprediksi penurunan hanya terjadi 2 persen.
Kenyataan ini membuat kekuatan ekonomi ke empat Asia tersebut bergabung dengan Jepang, Thailand, dan Singapura di dalam jurang resesi.
Meski begitu, para analis dan pembuat kebijakan optimis akan prospek pemulihan yang lebih cepat untuk Korea Selatan, dibanding negara-negara di kawasan lainnya.
"Adalah mungkin bagi kita untuk melihat
rebound gaya China pada kuartal ketiga karena pandemik melambat dan aktivitas produksi luar negeri, sekolah, serta rumah sait berlanjut," ujar Menteri Keuangan Korea Selatan, Hong Nam-ki, merujuk pada pertumbuhan ekonomi China yang mulai naik pada kuartal kedua setelah terperosok pada kuartal pertama.
Sejauh ini, Korea Selatan telah melapoprkan hampir 14 ribu infeksi Covid-19 dengan sekitar 300 kematian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: