Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Sikap Permusuhan Australia, Pengusaha Biji Besi Tetap Lancar Lakukan Ekspor Ke China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 22 Juli 2020, 13:00 WIB
Di Tengah Sikap Permusuhan Australia, Pengusaha Biji Besi Tetap Lancar Lakukan Ekspor Ke China
Truk siap mengangkut bijih besi di salah satu tambang milik Fortescue Metals Group Chichester Hub, di Pilbara, Australia Barat/Net
rmol news logo Meski Australia telah menunjukkan langkah-langkah permusuhan terhadap China, para eksportir besi biji Australia mendapati bisnis mereka di China tetap stabil dan belum terganggu. Para pakar ekonomi menilai ini adalah cerminan dari fakta bahwa China bukanlah negara yang mempolitisasi bisnis.

Rio Tinto Australia, perusahaan pertambangan terbesar kedua di dunia, malah melaporkan bahwa ada peningkatan dalam besi ekspor bijih ke China pada paruh pertama tahun ini.

Pada kuartal kedua 2020, perusahaan mencatat 1,7 juta ton penjualan di China, kata Rio Tinto dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Global Times, Selasa (21/7).

Sementara itu, pengiriman bijih besi perusahaan dari Pilbara, Australia Barat, meningkat 3 persen tahun-ke-tahun dalam enam bulan pertama, mencapai 159,6 juta ton.

Statistik dari otoritas pelabuhan Australia, melaporkan pada 10 Juli, bahwa pengiriman bijih besi dari pusat ekspor Australia di Port Hedland ke China juga naik ke rekor 46,2 juta ton selama Juni 2020.

Kepala Peneliti pada Pusat Penelitian untuk Negara Pulau Pasifik Liaocheng Universitas, Yu Lei, mengatakan kepada Global Times, bahwa sementara negara-negara Barat kerap mencampurkan antara politik dan bisnis, maka China tetap pada pendiriannya untuk memisahkan keduanya.

"China telah konsisten memisahkan politik dan bisnis, sementara beberapa negara Barat mempolitisasi perdagangan luar negeri, dan perdagangan bilateral dengan Australia, menyangkut kepentingan vital kedua bangsa," Yu Lei.  

China adalah pasar terbesar untuk sebagian besar produk Rio Tinto, termasuk bijih besi, konsentrat tembaga, dan bauksit, dengan pendapatan penjualan dari Tiongkok menyumbang 51,3 persen dari pendapatan penjualan globalnya pada tahun 2019.

"Mengingat permintaan yang kuat untuk bijih besi di China, kami mengharapkan pertumbuhan lebih lanjut dalam penjualan ekspor," terang sebuah sumber dengan departemen hubungan masyarakat Rio Tinto.

Impor bijih besi China mencapai 101,6 juta ton pada Juni, naik 16,8 persen dari 87,03 juta ton pada Mei dan naik 35,3 persen dari Juni tahun lalu, menurut data terbaru yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan pada 14 Juli.

Pasar konsentrat tembaga China tetap menguntungkan, sementara pasar AS sekarang sangat lemah, sumber itu mengatakan, mencatat bahwa permintaan China untuk bijih besi akan terus naik. Selain Australia, peluang Brasil untuk mendapatkan pangsa pasar di China juga meningkat. Data dari bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa ekspor bijih besi Brasil ke Cina naik 35 persen pada Juni menjadi 22,77 juta ton. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA