Diubahnya proyeksi tersebut lantaran pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diprediksi meleset akibat potensi terjadinya kontraksi yang cukup dalam hingga mencapai -3,1 persen.
Begitu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat Rapat Kerja (Raker) bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada Kamis (18/6).
"Outlook pertumbuhan proyeksi menjadi -0,4 hingga 1 persen. Batas atas kami turunkan dari 2,3 persen menjadi 1 persen," ujar Sri Mulyani.
Menurutnya, revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia itu didasari adanya ketidakpastian berakhirnya pandemik Covid-19 di tanah air yang semakin tidak menentu. Pada angka pertumbuhan ekonomi tersebut akhirnya pemerintah menggunakan skenario dalam hal ini skenario paling berat.
Kata Sri Mulyani, hal itu antara lain disebabkan oleh beberapa lembaga internasional telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia.
Bahkan Bank Dunia sekalipun, merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2,5 persen menjadi 0 persen di 2020 dan Asian Development Bank (ADB) merevisi pertumbuhan dari 2,5 persen menjadi -1 persen.
Lebih lanjut Sri Mulyani meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 amat ditentukan pada pertumbuhan di kuartal III dan IV tahun ini dan kedepannya.
"Ini sangat bergantung dari kemampuan kita untuk pulihkan ekonomi di kuartal III dan IV atau semester II di tahun ini," demikian Sri Mulyani.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: