Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Selama Lockdown, Ekonomi Inggris Menyusut Hingga Lebih Dari 20 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 12 Juni 2020, 15:09 WIB
Selama <i>Lockdown</i>, Ekonomi Inggris Menyusut Hingga Lebih Dari 20 Persen
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson/Net
rmol news logo Inggris merupakan negara yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak di Eropa, yaitu hampir 293 ribu kasus. Dengan infeksi virus yang masih terjadi, ekonomi Inggris semakin mengkhawatirkan.

Data resmi dari Kantor Statistik Nasional (ONS) pada Jumat (12/6) menunjukkan, ekonomi Inggris telah menyusut hingga mencapai rekor sebesar 20,4 persen pada April dari Maret.

Pada bulan April, Inggris memang tengah melakukan lockdown atau kuncian yang sangat ketat karena tingkat penularan yang tinggi.

"Sejalan dengan banyak ekonomi lain di dunia, virus corona memiliki dampak parah pada perekonomian kita," ujar Menteri Keuangan Rishi Sunak seperti dikutip CNA.

Selain itu, data tersebut juga menunjukkan, produk domestik bruto (PDB) Inggris selama tiga bulan pertama 2020 hingga April mengalami kontraksi sebesar 10,4 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

ONS juga menyebut, jika dibandingkan dengan April tahun lalu, ekonomi Inggris menyusut sebesar 24,5 persen. Itu dikarenakan pendapatan dari sektor jasa pada April turun hingga 19 persen, manufaktur turun lebih dari 24 persen, dan konstruksi hampir 50 persen.

Padahal sebelumnya, jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terhadap para ekonom menyimpulkan, perkiraan median untuk penurunan ekonomi bulanan di Inggris berada di angka 18,4 persen dengan kontraksi sebesar 10 persen pada periode Februari hingga April.

Pada Rabu (10/6), Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan, Inggris berada di jalur penurunan terburuk di antara negara-negara lain dengan perkiraan kontraksi ekonomi sebesar 11,5 persen untuk 2020.

Meski begitu, pada hari yang sama, Gubernur Bank of England, Andrew Bailey mengatakan, ia memperkirakan Inggris bisa melakukan pemulilhan ekonomi dengan cepat meski ada kemungkinan kerusakan ekonomi jangka panjang.

Untuk itu, saat ini pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson mulai melonggarkan pembatasan sosial seperti membuka banyak sektor ritel pada pekan depan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA