Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menilai, penguatan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih sangat rentan kembali berubah menjadi lemah.
"Itu cuma kebanggaan temporer dan semu. Penguatan rupiah masih temporer dan rentan terkoreksi," ucap Bhima Yudhistira kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (8/6).
Karena kata Bhima, jika dilihat data cadangan devisa yang meningkat belum sejalan dengan kinerja rupiah. Cadangan devisa per Mei jelas Bhima naik 130,4 miliar USD. Angka tersebut cukup tinggi, namun lebih menggambarkan upaya pemerintah yang gencar terbitkan surat utang.
"Investor masih mengincar surat utang pemerintah yang imbal hasilnya saja 7,4 persen untuk tenor 10 tahun. Masih menjadi yang tertinggi di Asia Pasifik versi ADB," jelas Bhima.
Selain itu, kondisi di Amerika yang tengah chaos juga menjadi faktor nilai tukar rupiah menguat. Sehingga, jika Amerika kembali stabil, maka rupiah dimungkinkan akan kembali melemah.
"Jadi pekan ini situasi di AS yang chaos menguntungkan masuknya dana asing ke Indonesia. Ketika AS kembali stabil bukan tidak mungkin dolar akan menguat dan lemahkan rupiah. Kita harus pasang kuda-kuda," pungkas Bhima.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: