Dimensy.id
Apollo Solar Panel

IMF: Sulitnya Peroleh Data Akurat Indikator Ekonomi Saat Pandemik, Salah Satunya Karena Adanya Aturan Lockdown

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 30 Mei 2020, 07:10 WIB
IMF: Sulitnya Peroleh Data Akurat Indikator Ekonomi Saat Pandemik, Salah Satunya Karena Adanya Aturan Lockdown
Ilustrasi IMF/Net
rmol news logo Lembaga Moneter Internasional (IMF) mengakui, perhitungan data indikator ekonomi bisa saja keliru dan kurang akurat pada saat dunia harus menghadapi wabah virus corona seperti saat ini. Padahal data ekonomi sangatlah krusial.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

"Data ekonomi yang tepat dan akurat menjadi sangat krusial sebagai informasi untuk keputusan kebijakan. Tapi pandemik Covid-19 telah mengganggu perhitungan dan data statistik,” pernyataan  IMF dalam postingannya di media sosial, Jumat (29/5).

Regulator tak bisa menilai seberapa parah pandemik ini telah memukul banyak orang dan perekonomian jika data tidak akurat. Ini juga menjad penyebab sulitnya proses pemulihan.

Beberapa hal yang memacu sulitnya memperoleh data akurat di tengah pandemik adalah karena keputusan lockdown. Pelaku statistik di suatu negara tak bisa banyak bergerak karena aturan diam di rumah.

Survey sulit dilakukan ketika ada aturan lockdown sementara kalkulasi harga ritel mewajibkan adanya kunjungan fisik ke toko-toko, ini salah satu contoh yang diterangkan oleh IMF.

"Survey bisnis tentang rencana produksi dan investasi juga sulit dilakukan karena banyak wilayah yang melakukan karantina, atau tidak punya sumber daya untuk menanggapi kuesioner statistik," terang IMF.

Banyak negara merilis data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun ini. PDB sendiri kerap dijadikan acuan utama perekonomian suatu negara, dan jadi pegangan untuk pemerintah, bank sentral, dan pihak investor.

Pembaharuan data secara berkala juga sangat penting agar memungkinkan pembuat kebijakan mengambil keputusan yang tepat.

"Banyak pelaku statistik resmi saat ini tidak cukup berguna untuk bisa menyajikan data terkini," tegas IMF, seperti dikutip dari CNBC.

IMF mengatakan, ada sejumlah cara untuk mengatasi tantangan ini, termasuk menggunakan sumber informasi alternatif. Misalnya, data harga ritel yang tak terpantau selama masa penutupan dapat digantikan oleh patokan harga online.

Beberapa negara telah melakukan hal tersebut. Semisal Inggris, yang mulai merilis buletin mingguan dengan menggunakan indikator baru dan eksperimental, termasuk indeks harga online dan data pengiriman harian untuk mengukur imbas virus corona terhadap inflasi dan perdagangan.

"Metode pengumpulan data dan sumber data yang inovatif diperlukan untuk mengatasi gangguan data yang signifikan akibat pandemi Covid-19," imbuh IMF.

"Semakin data akurat dan tepat informasi, maka itu akan membantu negara lebih efektif untuk mengatasi dampak krisis dan mulai merencanakan proses pemulihan," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA