Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rachmat Gobel: Indonesia Butuh Masuknya Investasi Asing

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Jumat, 29 Mei 2020, 10:37 WIB
Rachmat Gobel: Indonesia Butuh Masuknya Investasi Asing
Rachmat Gobel menilai Indonesia sangat butuh masuknya investasi asing/Net
rmol news logo Untuk mengembalikan kondisi ekonomi yang terpuruk akibat pandemik Covid-19, salah satu jalannya adalah dengan membuka pintu masuk investasi asing. Seperti yang telah terjalin dengan China dalam beberapa tahun terakhir.

Wakil Ketua DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel menyampaikan, posisi investasi China pada 2019 adalah sebesar Rp 70,5 triliun. China menjadi negara yang menanamkan investasinya terbesar kedua setelah Singapura dengan investasi sebesar Rp 97,5 triliun, dan di atas Jepang yang mencapai Rp 64,5 triliun.

"Oleh sebab itu, kemitraan yang terjalin begitu mesra sejak beberapa tahun terakhir ini harus semakin ditingkatkan. Apalagi dalam situasi saat ini, khususnya pada masa pandemik Covid-19, Indonesia sangat membutuhkan masuknya investasi asing. Baik dari mitra barunya, maupun negara mitra lama seperti China," terang Rachmat Gobel dalam diskusi virtual dengan tema 'Tukar Pengalaman Melawan Pandemi Covid-19 Antara Indonesia dan RRT', Jumat (29/5).

Sementara itu, anggota Komisi XI DPR RI, Fauzi H Amro, menyebut penguatan kerja sama yang dilakukan dengan China memiliki dampak strategis bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Dalam catatannya, APBN Indonesia saat ini bisa mengalami defisit Rp 1.028,5 triliun atau 6,72 persen dari PDB.

"Taksiran pendapatan negara tahun ini pun hanya akan mencapai Rp 1.691,6 triliun, turun 13,6 persen dibandingkan realisasi pada 2019 sebesar Rp 1.957,2 triliun. Angka ini juga lebih rendah Rp 69,3 triliun dari target Perpres 54 tahun 2020 yang sebesar Rp 1.760,9 triliun," bebernya.

Di sisi lain, Konsulat Departemen Perdagangan Pemerintah Provinsi Fujian, Wu Fei, menyambut gembira peluang kerja sama ekonomi antara Provinsi Fujian dan provinsi potensial di Indonesia.

Menurutnya, kebijakan pelonggaran ekonomi yang dilakukan masing-masing negara saat ini berpeluang untuk membentuk pola-pola baru dalam kerja sama.

"Epidemi telah mengakibatkan gangguan sektor hulu di semua lini industri hingga rantai industri di tingkat turunannya. Kita terus mencoba mengatasi berbagai permasalahan itu. Misalnya dengan terobosan platform cloud trade dengan pembentukan zona Fujian online. Kita bisa menginisiasi untuk mempromosikan komoditas unggulan kita, tanpa perlu pameran offline. Dan, itu menghemat anggaran perdagangan ekspedisi perdagangan," tandasnya.

Seminar virtual "Experience Exchange Fighting Covid-19 Pandemic Between Indonesia and China" atau Tukar Pengalaman Melawan Pandemik Covid-19 Antara Indonesia dan China ini diikuti 100 orang peserta dari kedua negara.

Seminar virtual ini diselenggarakan selama dua jam secara efektif. Melalui kegiatan tersebut Partai NasDem akan membuat laporan hasil diskusi sebagai bagian dari rekomendasi partai untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi pascapelonggaran PSBB di berbagai daerah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA