Data pada pekan ini, ekonomi Singapura kuartal I, 2020, berpotensi kontraksi 1,8 persen year-on-year (yoy), mengacu estimasi median para ekonom, seperti yang telah disurvei Bloomberg.
Ekonomi Singapuran turun selama pandemik Covid-19 menerjang negara itu. Valuta Singapura juga tertekan oleh dampak negatifnya. Dollar Singapura menyusut lebih dari 5 persen.
Pemerintah Singapura memproyeksikan produk domestik bruto mereka akan menyusut 1 - 4 persen di sepanjang 2020.
"Kami melihat tantangan signifikan ke depan bagi dollar Singapura, mengingat mereka adalah salah satu negara dengan ekonomi paling terbuka di kawasan (Asia Tenggara) ini," ujar strategist Standard Chartered Plc, Divya Devesh, seperti dikutip dari
Bloomberg, Senin (25/5).
Prospek pertumbuhan dan perdagangan global masih melemah, juga penurunan tajam indeks manufaktur global. "Kami berharap peningkatan baru-baru ini dalam ekspor domestik non-minyak Singapura akan berbalik arah," ujar Devesh.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) membiarkan dollar Singapura melemah berdasarkan kebijakan per 30 Maret lalu. Langkah ini sebagai upaya mendukung ekonomi yang bergantung pada perdagangan.
Nilai tukar nominal efektif dollar Singapura, yang menjadi fokus MAS, mulai Mei berada pada tingkat yang sama saat keputusan Maret. Kemungkinan mata uang Singapura bisa lebih melemah lagi
Namun, tekanan mata uang tersebut harus sedikit dikurangi karena ekonomi domestik mulai meningkat dan memungkinkan bagi Singapura untuk menggairahkan bisnis yang akan dibuka kembali pada 2 Juni.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: