Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meski Trump Ngambek, China Konsisten Lanjutkan Kesepakatan Dagang Dan Rilis 79 Barang Yang Bebas Tarif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 13 Mei 2020, 06:58 WIB
Meski Trump Ngambek, China Konsisten Lanjutkan Kesepakatan Dagang Dan Rilis 79 Barang Yang Bebas Tarif
Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping
rmol news logo Panasnya pertikaian China dengan Amerika Serikat (AS) tidak menyurutkan langkah China untuk tetap melanjutkan kesepakatan dagangnya. Bahkan, China menambah jumlah produk yang akan dikecualikan dari perang dagang AS-China.

Pemerintah China pun merilis daftar 79 barang dari AS yang akan dibebaskan dari tarif dagang. Penambahan ini untuk menunjukkan keseriusan China. Sebaliknya, China juga berharap AS terbuka untuk renegosiasi.

Sayangnya, Presiden Donald Trump beranggapan China masih kurang banyak mengimpor barang dari AS sehingga tak mau bernegosiasi lagi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, menyinggung kesepakatan kedua negara yang telah diteken pada Januari lalu.

"Kedua negara sebaiknya tetap menjalankan kesepakatan yang sudah ada secara adil dan mutual. Kesepakatan tersebut memberikan keuntungan bagi kedua negara," ujar Zhao, seperti dikutip dari SCMP, Selasa (12/5).

Produk yang akan dikecualikan China dari perang tarif dagang tersebut meliputi produk minerba, suku cadang radar pesawat terbang, suku cadang semi konduktor, disinfektan, dan produk petrokimia, serta beberapa lainnya yang berjumlah 79 jenis.

Pada daftar pengecualian sebelumnya, produk yang dikecualikan adalah produk agrikultur dan peternakan. Beberapa di antaranya adalah kedelai dan daging babi.

Importir China harus mengajukan aplikasi ke Departemen Bea Cukai dalam waktu enam bulan ke depan untuk mendapatkan pengecualian tersebut yang akan berlaku untuk satu tahun.

Peneliti senior dari China Institute of Contemporary International Relations, Chen Fengying, mengatakan kesepakatan dagang China dan Amerika tidak terancam oleh perseteruan kedua negara. Menurutnya, kedua negara saling membutuhkan satu sama lain..

“Perseteruan tersebut berada di level retoris saja. China masih ingin membeli komoditas dari Amerika seperti kedelai dan babi. Pertanyaannya sekarang lebih ke apakah Amerika bisa menyediakannya. Tingginya demand adalah hal tersulit dan ini yang bisa memicu renegosiasi," ujar Fengying. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA