Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gita Wirjawan: Jika Dibanding Negara Lain, Stimulus Indonesia Tak Cukup Untuk Tangani Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 30 April 2020, 17:02 WIB
Gita Wirjawan: Jika Dibanding Negara Lain, Stimulus Indonesia Tak Cukup Untuk Tangani Covid-19
Gita Wirjawan/Net
rmol news logo Stimulus yang diberikan oleh pemerintah untuk penanganan Covid-19 hanya sebesar 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, yaitu Rp 405 Triliun.

Dengan angka tersebut, dikatakan oleh mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, pemerintah tidak bisa menangani krisis kesehatan maupun krisis ekonomi akibat Covid-19. Apalagi jika dibarengi dengan aturan penanganan Covid-19 yang tidak jelas.

Jika dibandingkan dengan negara lain, stimulus yang diberikan oleh pemerintah Indonesia sangat lah kecil.

Misalnya saja Amerika Serikat beberapa waktu lalu mengumumkan stimulus sebesar 2 triliun dolar AS atau sekitar 10,5 persen dari PDB, dengan aturan yang tidak konsisten dan jelas.

Lalu ada Korea Selatan yang meski mengeluarkan stimulus hanya 3 persen dari PDB, yaitu 55,8 miliar AS, namun memiliki aturan penanganan Covid-19 yang ketat.

Singapura yang memiliki aturan ketat pun, dikatakan Gita, memberikan paket stimulus sebesar 41,7 miliar dolar AS atau 12 persen dari PDB. Malausia juga memberikan paket stimulus sebesar 18 persen dari PDB.

"Jadi, saya pikir, paket stimulus yang diumumkan oleh pemerintah Indonesia mungkin tidak cukup," ujar Gita dalam diskusi FPCI yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (30/4).

Rendahnya paket stimulus Indonesia juga diperparah dengan sedikitnya jumlah tes Covid-19 yang dilakukan sehingga semakin sulit bagi Indonesia untuk "meratakan kurva".

Di mana Indonesia hanya melakukan tes pada 400 orang dari 1 juta populasi. Angka tersebut jauh di bandingkan negara-negara lain.

Gita mengatakan, rendahnya paket stimulus yang diberikan oleh pemerintah Indonesia juga dipengaruhi dengan anggaran belanja pemerintah. Di mana pada 2019, angka pengeluaran belanja pemerintah Indonesia hanya 16,9 persen dari PDB.

"Jika dibandingkan negara lain, pengeluaran belanjanya di atas 20 persen dari PDB. Artinya, sebanyak sekitar 93 persen PDB Indonesia digunakan swasta," paparnya.

Lebih lanjut, Gita mengatakan, Indonesia harus meningkatkan stimulus untuk meningkatkan sistem kesehatan. Pasalnya, saat ini saja, Indonesia hanya memiliki 800 ribu tempat tidur. Padahal, beberapa pihak memproyeksikan, jumlah kasus di Indonesia bisa mencapai satu juta. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA