Meski belum normal sepenuhnya, namun pergerakan telah terlihat di pusat perbelanjaan, di restoran, serta beberapa ruas jalan yang kembali menunjukkan keramaiannya.
Bahkan, social distancing tidak lagi diperlukan di beberapa lokasi yang semula masuk dalam zona merah. China telah berhasil melalui bencana wabah virus Covid-19.
Pemandangan ini jauh berbeda dengan pemandangan pada Januari dan Februari lalu yang merupakan mimpi buruk negara itu.
Melansir
Reuters, ketika China mulai terlihat bergerak maka aktivitas ekonomi pun bertanda bangkit kembali.
Dalam pekan, ini aktivitas China yang mulai bergerak membuat pergerakan pula pada pasar energi, terutama permintaan batu bara.
Sebagai negara konsumen batu bara terbesar di dunia, China kembali membuka permintaannya.
Data Refinitv menunjukkan pengiriman batu bara yang sudah sampai di pelabuhan China sepanjang 1-13 Maret menunjukkan angka 10,8 juta ton. Naik 1,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan impor ini membuat stok batu bara China terdongkrak. Stok batu bara di pelabuhan Qinhuangdao tercatat 5,8 juta ton per 13 Maret. Naik 1,75 persen dibandingkan tahun lalu, melansir Reuters.
Sebagaimana diketahui, konsumsi di China mempengaruhi harga batu bara. Bila konsumsi China turun, maka harga akan ikut terpangkas. Permintaan China berarti adalah kebangkitan harga batu bara secara global.
Untuk Indonsia sendiri, kurang lebih 30 persen dari total produksi batu bara Indonesia diekspor ke Negeri Tirai Bambu itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: