Demikian disampaikan Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima), Sya'roni menanggapi nilai tukar rupiah yang semakin anjlok dan tertekan.
Kamis (19/3), pukul 10.32 WIB, rupiah babak belur pada angka Rp 16.000 per dolar AS, tepatnya Rp 16.052 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia terkoreksi sebesar 5,29 persen atau berada di angka 4.101.
"Pemerintah dianggap tidak jujur menyampaikan data corona ke publik," ujar Sya'roni kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (19/3).
Contoh konkret, sebut Sya'roni, Arab Saudi lebih awal melarang jemaah umrah dari Indonesia, padahal waktu itu belum ditemukan atau belum diumumkan ada kasus positif corona di Indonesia.
Global semakin khawatir atas perluasan dampak virus corona terhadap perekonomian. Pelaku pasar takut untuk mendekat pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang.
Di Indonesia, seandainya pun tidak ada corona, perekonomian nasional diprediksi akan semakin payah. Alasannya, karena pengelolaan yang tidak baik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: