Pengusaha Indonesia lebih menyukai bawang putih dari China. Walau harga sedikit lebih mahal, tetapi kualitas bawang putih dari China dianggap lebih bagus.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, masalah kualitas jadi latar belakang mengapa tak ada perusahaan di Indonesia yang mengimpor bawang putih dari India.
"Harga lebih murah di India. Harga lebih murah tapi ukurannya kecil-kecil. Pernah ada yang mengimpor tahun 2018 tapi nggak begitu laku di pasar karena ukurannya terlalu kecil," terang Prihasto, dalam sebuah acara di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/3).
Walau kurang begitu diminati, Priharso tetap membuka keran impor dari India. Hal ini untuk menjaga sewaktu-waktu produksi bawang putih dari China terhambat terkait wabah penyebaran virus corona.
"Pokoknya kita untuk memenuhi kebutuhan bawang putih dalam negeri, kalau dari China bermasalah ya kita cari dari tempat lain lagi," urainya.
Ia juga telah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk komoditas bawang putih sebesar 103.000 ton.
"Itu dari China semua. (Pengajuan ke China dari ) mereka (importir) semua. Pengusahanya yang mendaftarkan," ungkap Prihasto.
Ia memastikan RIPH yang sudah terbit itu cukup untuk memenuhi kebutuhan bawang putih hingga 3 bulan ke depan. Ditambah lagi produksi bawang putih dalam negeri diproyeksi mencapai 40.000-50.000 ton.
"Ya kita panen bulan Maret-April ini panen cukup luas. Sekitar 40.000-50.000 ton. Tapi sebenarnya kan itu orientasinya untuk benih. Kalau secara terpaksa ya masuk ke pasar konsumsi.
Sementara yang 103.000 ton itu sudah cukup, ditambah stok yang ada itu 3 bulan ke depan cukup," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: