Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kebutuhan Minyak Kayu Putih Untuk Industri Mencapai 3500 Ton Per Tahun

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 19 Desember 2019, 06:07 WIB
Kebutuhan Minyak Kayu Putih Untuk Industri Mencapai 3500 Ton Per Tahun
Industri Kayu Putih/Net
rmol news logo Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI, Bambang Brodjonegoro meninjau inovasi Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) Kementerian LHK pada tanaman kayu putih di Gunungkidul.

Menurutnya, inovasi bibit unggul kayu putih ini dapat menekan impor bahan pembuat minyak kayu putih, mengingat kebutuhan kayu puth di Indonesia masih dirasa tinggi.

"Kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia cukup tinggi, tapi mungkin hanya 10 persen yang bisa dipenuhi oleh kayu putih yang ada saat ini. Sisanya terpaksa dicampur bahan-bahan dari impor," ujar Bambang Brodjonegoro di sela-sela penanaman bibit unggul kayu putih di petak 95, Dusun Kepek I, Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Rabu (18/12).

"Meskipun yang diimpor jenis lain, tapi yang dianggap kira-kira punya manfaat atau khasiat yang sama dengan minyak kayu putih," tambahnya.

Bambang menilai inovasi dari BBPPBPTH Kementerian LHK ini dapat menyunat kegiatan impor akan bahan baku pembuatan minyak kayu putih di Indonesia. Mengingat inovasi itu mengutamakan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas minyak kayu putih.

"Nantinya kita memang akan launching atau meresmikan pemakaian benih unggul kayu putih yang kita harapkan rendemen tinggi, produktivitas tinggi, sehingga bisa mengurangi kebutuhan akan impor," katanya

Bambang berharap inovasi ini juga mendorong para peneliti di LHK dan UGM untuk mencari subtitusi, atau jenis minyak, atau material yang bisa mengganti materi atau minyak yang selama ini masih harus didatangkan dari luar Indonesia," sambung Bambang.

Sementara itu, peneliti dari BBPPBPTH Kementerian LHK, Anto Rimbawanto mengatakan, pertimbangan utama dalam riset pemuliaan kayu putih ini adalah karena masih sangat rendahnya produktivitas minyak kayu putih nasional. Di mana saat ini hanya mampu memasok 15% dari kebutuhan bahan baku industri obat-obatan dan farmasi dalam negeri.

"Akibatnya, kekurangan pasokan sebesar 85% dipenuhi dari impor minyak substitusi berupa minyak ekaliptus. Dan perlu kami sampaikan, bahwa kebutuhan bahan baku minyak kayu putih untuk industri obat kemasan dalam negeri tercatat mencapai lebih dari 3500 ton per tahun," katanya.

Memperhatikan kondisi ini, BBPPBPTH melakukan riset pemuliaan tanaman kayu putih secara intensif dan berkelanjutan untuk peningkatan rendemen minyak dan kandungan senyawa 1,8 cineole. Mengingat 2 karakter ini menjadi komponen utama dalam peningkatan produktivitas tanaman kayu putih.

"Kelebihan benih unggul ini ada pada rendemen, rendemen itu adalah berapa daun yang dimasak dan berapa minyak yang dihasilkan. Kalau bukan benih unggul itu rendemen hanya 0,6 sampai 0,8 persen, jadi kalau hanya masak 100 kg (daun kayu putih), dia hanya dapat 600-800 cc. Nhah, dengan benih ini bisa dapat 1,5 kilogram jadi hampir 2 kali lipat," ujarnya.

"Maka, diharapkan dalam kurun waktu lima tahun dapat dicapai kapasitas produksi minyak kayu putih sebesar 2000 ton per tahun atau pengurangan impor minyak substitusi sebesar 66 persen. Dan dalam kurun waktu sepuluh tahun akan tercapai kapasitas produksi minyak kayu putih nasional mencapai 3000 ton per tahun," imbuh Anto. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA