Pernyataan BPS ini bertolak belakang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan di angka 5.3 persen.
Menyikapi hal tersebut, Peneliti Ekonomi dari CORE, Piter Abdullah Redjalam, menyampaikan, kontribusi utama pertumbuhan ekonomi bukan pada ekspor melainkan konsumsi.
Adapun kontribusi pertumbuhan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 56 persen sementara konsumsi dan investasi bersama-sama menyumbang sekitar 80 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Artinya bila pemerintah bisa memacu pertumbuhan konsumsi di atas 5 persen dan investasi disekitar 6 persen maka dapat diyakini pertumbuhan ekonomi akan berada dikisaran 5 persen,†ucap Piter kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/12).
Menurut Piter, masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia kini karena pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan yang berasal dari rendahnya konsumsi dalam negeri.
Selain itu, masih menurut Piter, komoditas juga mengalami kemerosotan atau anjlok dan bila hal ini dibiarkan tanpa solusi tepat dapat menyebabkan potensi pertumbuhan ekonomi terus melambat.
“Itu yang coba dijelaskan oleh kepala BPS. Makanya pemerintah diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan terobosan yang mampu menahan perlambatan itu,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: