Pertemuan dilakukan untuk memperkuat persahabatan kedua negara yang telah berjalan baik. Sekaligus untuk menginventarisasi peluang kerja sama, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Anil menyoroti isu keberlanjutan lingkungan. Menurut Anik saat ini Singapura tengah menghadapi tantangan
climate change (perubahan iklim) yang cukup berat.
Bahkan guna melindungi diri dari dampak perubahan iklim, Singapura telah melakukan investasi senilai 100 miliar dolar Singapura untuk periode 100 tahun. Ia menilai, Indonesia dan Singapura dapat bekerja sama terkait hal ini.
Menanggapi hal ini, Menteri Edhy menyampaikan sebagai upaya mengurangi dampak
climate change, saat ini KKP sedang membangun sentra-sentra pembudidayaan terumbu karang dan penanaman mangrove.
"Selain memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan, keduanya juga memberikan manfaat ekonomi misalnya dari wisata alam," ucap Edhy dalam keterangan tertulis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (13/12).
Tak ketinggalan, kedua negara juga membicarakan potensi pengembangan perikanan budidaya. Menteri Edhy pun mengundang Singapura untuk berinvestasi di sektor ini.
â€Potensi pengembangan sektor budidaya di Indonesia ini sangat besar. Di Batam, Kepulauan Riau misalnya, dapat dikembangkan beberapa komoditas seperti ikan bawal, kakap putih, dan kerapu,†kata Waketum Partai Gerindra ini.
Indonesia merupakan pemasok ikan hias terbesar ke Singapura baik air tawar maupun laut, khususnya nemo. Oleh karena itu, Menteri Edhy meminta Singapura untuk memberi dukungan agar pembudidaya Indonesia mendapat kemudahan ekspor ke Singapura.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: