Para pemangku kepentingan terkait menyepakati hal tersebut dalam Muktamar IV Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), di Jakarta, Jumat lalu (23/8). Muktamar mengambil tema "Indonesia Menuju Pusat Ekonomi dan Keuangan Islam Dunia".
Sekretaris Jenderal IAEI Munifah Syanwani mengatakan, muktamar bertujuan menjaring gagasan-gagasan baru untuk pengembangan ekonomi syariah. Pasalnya, Indonesia berkomitmen pada ekonomi syariah dan menjadikannya arus baru perekonomian global.
Menurut dia, Indonesia memiliki potensi untuk mengarah ke sana. Potensi ekonomi syariah diperkirakan mencapai 2,3 triliun dolar AS. Produk dan jasanya mencakup beberapa sektor, di antaranya makanan, bahan dan zat adiktif, kosmetik, makanan hewan, obat-obatan dan vaksin, keuangan syariah, farmasi, dan logistik.
"Melihat potensi yang sangat besar pada berbagai sektor barang dan jasa, Indonesia berpeluang menjadi pasar produk halal terbesar di dunia. Sekaligus menjadi produsen produk halal terbesar di dunia," ujar Munifah dalam keterangannya, Senin (26/8).
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan IAEI yang juga Wakil Presiden terpilih KH. Maruf Amin menilai, potensi ekonomi syariah di Indonesia sangat besar. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan, pertumbuhan masyarakat golongan berpendapatan menengah di Indonesia akan mendominasi perekonomian sampai dengan 2040.
"Jumlahnya sebesar 75,5 persen dari total populasi dan sebagian besar mereka adalah umat Islam," kata Kiai Maruf.
Masyarakat golongan berpendapatan menengah tersebut, kata Kiai Ma'ruf, bisa menjadi pasar, bisa juga menjadi pelaku ekonomi syariah. Dengan bertambahnya kelas menengah Muslim, pangsa pasar ekonomi syariah bakal semakin meningkat.
"Data itu menunjukkan semakin besarnya kekuatan ekonomi umat Islam di Indonesia. Saya yakin Indonesia bisa menjadi pusat kebangkitan ekonomi Islam," ujar Kiai Maruf optimistis.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: