Hal itu disampaikan Menko Maritim Luhut Pandjaitan dalam
joint statement yang didampingi oleh Menlu Retno Marsudi usai melakukan pertemuan
Afternoon Tea Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue 2019 bersama para duta besar negara-negara Afrika di Indonesia, di Gedung Pancasila Kemlu Jakarta, Rabu (24/7).
“Saya kira tahun lalu pelaksanaannya bagus, sudah banyak
deal yang kita lakukan dengan Afrika. Ini sekaligus juga untuk membuka market kita di sana, karena sekarang kita sudah mulai jalan
supply chain industry yang ada di Morowali dan di Weda Bay. Itu saya kira
market yang besar yang kita bisa
share ke teman-teman di Afrika,†ungkap Luhut.
Terlebih, kata Luhut, penduduk ASEAN dan Afrika jumlahnya sangat besar. Sehingga menjadi peluang bagi Indonesia mengembangkan pasar yang saling menguntungkan.
“Sekadar diketahui, jumlah penduduk Asia dengan Afrika itu 1,9 miliar. Itu satu market yang besar. Kita ingin semua dilakukan saling menguntungkan. Jangan ada pertanyaan, Afrika itu seperti dieksploitasi berlebihan oleh orang-orang yang investasi ke sana. Kita tidak ada pikiran seperti itu,†tuturnya.
“Tapi kita justru menawarkan, kita
invest di sana. Kalau enggak barang kita ke sana, atau juga sebaliknya dari Afrika. Karena banyak sekali barang-barang produk Indonesia sekarang yang bisa kita ekspor,†sambungnya.
Dengan ini Indonesa juga tidak hanya membidik pasar-pasar tradisional, namun juga untuk membuka market baru. Dengan total penduduk Afrika sekitar 1,3 miliar orang, hal ini memungkinkan terciptanya satu
market dengan potensi yang sangat besar.
“Misalnya mereka produksi kobalt. kita produksi nikel ore. Bagaimana kalau kita kawinkan
smelting di tempat yang
cost listrik yang murah misalnya hydropower, yang bisa sampai 3 sen per kilowatt hour. Atau
coal mining yang dibikin bagus bisa dengan 3 sen per kilowatt hour,†papar Luhut.
Kerja sama konkret ini rencananya akan diputuskan dalam pertemuan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAD) pada 20-21 Agustus mendatang di Bali. Dalam pertemuan nanti juga akan ditekankan pengembangan ramah lingkungan melalui spirit Asia Afrika yang dicanangkan di Bandung sejak 1955.
“Saya pikir tadi ide brilian dari Bu Menlu untuk menyelenggarakan. Saya kira kita harus patuh apresiasi, dan kita berharap ini terus berkembang ke depan sehingga nanti Indonesia bisa memainkan rule yang lebih bagus lagi yang saling menguntungkan antara Indonesia dan negara-negara Afrika,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: