Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Indonesia, Kesetaraan Gender Masih Belum Sepenuhnya Tercapai

Rabu, 01 Mei 2019, 00:15 WIB
Di Indonesia, Kesetaraan Gender Masih Belum Sepenuhnya Tercapai
Istimewa
rmol news logo Indonesia berpotensi kehilangan US$ 135 miliar dalam produk domestik bruto (PDB) tahunan jika gagal mengatasi kesetaraan gender dalam enam tahun ke depan, hal ini disampaikan oleh para pemimpin bisnis, mereka juga mendesak pemerintah dan sektor swasta untuk memastikan perempuan dan laki-laki memiliki akses dan manfaat yang sama dari peluang ekonomi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Angka tersebut meningkat lebih dari 9 persen dari PDB pada kondisi bisnis yang biasa adalah potensi yang mungkin didapatkan oleh Indonesia jika bisa mendapatkan kondisi kesetaraan gender terbaik di kawasan pada 2025. Hal tersebut diperkirakan oleh McKinsey Indonesia pada 2018 dan dikutip oleh pembicara pada konferensi yang berjudul "Accelerating the Indonesian Economy Through Gender Equality".

"Gender parity didambakan untuk itu (mencapai PDB), lalu selanjutnya bagaimana kita menuju ke sana. Semua pihak harus berpartisipasi tentu di dalamnya juga ada porsi peran pemerintah, swasta, dan individu," ujar Managing Partner McKinsey Indonesia Phillia Wibowo di Ayana Mid Plaza, Jakarta, Selasa (30/4).

Dia juga mengutarakan, terdapat beberapa poin yang perlu dicermati untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja di Tanah Air. Tidak hanya menciptakan pemerataan kesempatan tetapi juga disertai perlindungan hukum dan jaminan hak partisipasi politik. Seluruh penerapannya harus sinergis dari tingkat daerah hingga pusat.

Chief of Staff Tokopedia Inna Chandika menjadi salah satu pembicara dalam konferensi ini. Dia menuturkan, untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja harus dimulai dari masing-masing individu. Dengan kata lain, secara personal, seorang perempuan harus melawan pola pikir diri sendiri yang mungkin membatasi propsek karirnya.

"Masalah kita adalah soal persepsi, misalnya bahwa industry STEM selalu male centric. Pangkalnya adalah kesadaran dan persepsi dari para perempuan sendiri, mereka mampu untuk masuk dan berkarya di dunia kerja," ucapnya.

Deputy Managing Director DEKA Marketing Research Yanti Nisro Corbett mengutarakan, kehadiran perempuan secara lebih setara dalam dunia kerja khususnya jajaran manajemen senior mampu membuat perusahaan lebih dinamis dan inovatif. "Engagement dalam perusahaan juga lebih tinggi," katanya.

Sementara itu, Evan Indrawijaya, Human Resource Director Danone Indonesia mengatakan, selain mendorong perempuan, laki-laki juga harus mengambil peran demi terciptanya kesetaraan gender. Misalnya, para pimpinan laki-laki di tempat kerja memberikan kesempatan yang sama kepada pegawai perempuanya.

Tak jauh berbeda, Government Affairs & Policy Director General Electric Indonesia Donna Priadi mengatakan bahwa perempuan butuh panutan, mentor, dan sponsor di dunia kerja. Kehadiran support system tersebut bisa meningkatkan kepercayaan diri perempuan untuk bisa terus menuju kesuksesan.

Direktur Katadata Heri Susanto menambahkan, populasi perempuan yang bekerja di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, lebih rendah dibandingkan laki-laki. Bahkan, hanya 20 persen perempuan yang menduduki posisi manajerial. Hanya lima persen perempuan yang menjabat direktur dan Chief Financial Officer (CFO).

Meski begitu, ia mencatat kesetaran gender di Indonesia meningkat. "Era digital di Indonesia memberi banyak bukti bahwa perempuan semakin mandiri dan berkembang pesat dalam menjalankan bisnis mereka," ujarnya.

Wakil Kepala Misi Kedutaan Besar Australia di Indonesia Allaster Cox mengatakan, instansinya mendukungan kesetaraan gender di Indonesia dalam konteks kerja sama ekonomi yang lebih luas. Misalnya, dengan menyoroti Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang ditandatangani pada Maret 2019 lalu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA