Salah satu yang dilakukan adalah memberdayakan Kelompok Sujati di Desa Sukaurip untuk membudidayakan cacing jenis ANC (African Night Crawler).
Bedanya dengan budidaya cacing yang lain, Pertamina RU VI Balongan mengajarkan warga memanfaatkan limbah baglog sisa budidaya jamur tiram sebagai media semai cacing.
Cacing ANC berasal dari dataran hangat benua Afrika dan memiliki ukuran dua kali lebih besar dari cacing tanah. Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ternak, obat tradisional, hingga bahan kosmetik.
Unit Manager Communication, Relation & CSR Pertamina RU VI Balongan Eko Kristiawan mengatakan, salah satu tujuan digunakannya limbah baglog dalam budidaya cacing ini agar sisa budi daya jamur tiram tidak mengotori lingkungan sehingga konsep program CSR Zero Waste Mushroom Applicated bisa terwujud.
"Melalui program budidaya cacing ini kita juga mendidik warga agar tetap menjaga kebersihan lingkungan, serta memanfaatkan sarana yang ada jadi bisa mereduksi modal usaha," ujar Eko.
Eko menambahkan, program ini merupakan bentuk kepedulian Pertamina terhadap warga agar memiliki keterampilan sehingga bisa dijadikan peluang usaha untuk meningkatkan perekonomian warga.
Ketua Kelompok Sujati Toto Miftahussalam mengaku senang mendapat bantuan budidaya cacing melalui program CSR yang terus digulirkan RU VI.
Toto optimistis budidaya cacing ini bisa berkembang.
Pria paruh baya tersebut menuturkan, selain tersedianya media semai, cacing jenis ANC ini juga memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembang biakan yang lebih cepat dan dapat hidup di suhu hingga 32 derajat celcius. Harga cacing jenis ANC dipasaran berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: