Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengembangan Ekonomi Santri Dan Pesantren Bukan Hal Sulit

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 01 April 2019, 11:28 WIB
Pengembangan Ekonomi Santri Dan Pesantren Bukan Hal Sulit
Foto:Net
rmol news logo . Kaum santri bisa menjadi entrepreneur muda dan menjadi kekuatan ekonomi baru jika dilatih sejak dini. Di Jawa Tengah, ada 4 ribu lebih pondok pesantren. Pengembangan ekonomi santri di Jateng diharapkan bisa membantu mengentaskan kemiskinan.

Politisi Nasdem Eva Yuliana mengaku sudah menerapkan cara membantu santri agar menjadi entrepeneur. Dia membantu memberikan alat serta pelatihan untuk mengasah jiwa ekonomi santri. Selain itu, membuatkan usaha di pondok pesantren berupa toko yang kerjasama dengan retail modern.

"Dengan seperti itu maka toko itu bisa jadi laboratorium santri untuk santri bisa mempunyai ilmu tentang retail modern. Karena ilmu retail modern itu tidak mudah, dari penataan barang yang akan dijual, kemudian manajemen pergudangan, manajemen keuangan butuh keahlian khusus," kata Eva dalam keterangannya, Senin (1/4).

Dia meyakini, pengembangan ekonomi santri bukan hal sulit. Dan, dia meyakini ponpes siap dengan itu. "Sebagai alumni santri tentu saya dapat dengan mudah menceritakan bahwa santri adalah kader bangsa yang bisa paling siap menghadapi segala cuaca. Santri dibesarkan dengan menguatkan mentalnya, penguasaan bagaimana menghadapi kondisi sosial yang ada dan ekonomi," imbuhnya.

Eva melanjutkan, santri memang dibekali dengan ilmu-ilmu dan dapat beradaptasi dengan fleksibel. Jadi, santri dapat mudah dikembangkan dalam hal ekonomi dengan berbagai macam usaha.

"Usaha tingkat dari jualan kecil-kecil kemudian yang usaha besar bisa dilakukan oleh para santri," ujar Caleg DPR RI Nasdem dari Dapil Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten itu.

Mengenai regulasi, Eva menilai khusus untuk santri tidak diperlukan. Menurutnya, cara mendorong santri menjadi entrepreneur yaitu memberikan bekal yang diperlukan.

"Kemudian kalau yang didorong bagaimana kita membekali pendidikan entrepeneur kepada santri itu yang diharapkan. Jadi alumni pondok pesantren lebih matang dan lebih siap untuk kembangkan dan berinovasi dalam hal ekonomi," harapnya.

Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di kesempatan berbeda mengatakan, keberadaan 4.759 ponpes di Jateng dengan sekitar 600 ribu santri bakal menjadi kekuatan ekonomi. Sehingga karakter para santri yang sudah baik, diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global seperti sekarang dan yang akan datang.

Berbagai upaya pun dilakukan Pemprov Jateng guna mendukung dan mendorong pelaku UMKM, termasuk UMKM di lingkungan ponpes. Di antaranya berupa bantuan bibit untuk sektor pertanian, pelatihan, pengemasan hingga pemasaran produk UMKM, membantu mengurus perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, dan lainnya, serta bantuan kredit modal usaha melalui Kredit Mitra 25 Bank Jateng.

"Pada periode tahun 2018-2019, kami menyiapkan PIRT dan sertifikat halal untuk 100 UMKM secara gratis, kemudian 2020 ditingkatkan menjadi 500 UMKM termasuk pondok pesantren. Bagi pondok pesantren yang memiliki usaha dan ingin mengurus PIRT dan sertifikat halal, datang ke Pemprov dan semua gratis. Ini upaya untuk berkembangnya UMKM di Jawa Tengah," tutur Gus Yasin sapaan akrabnya.

Pendidikan di pondok pesantren harus terus dilestarikan dan dikembangkan, dengan tidak meninggalkan era atau selalu mengikuti zaman. Artinya ponpes tidak hanya berkualitas di bidang syariat dan pengetahuan agama, tetapi juga paham ekonomi dan melek teknologi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA