Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kurangi Penggunaan Batubara, PLN Uji Coba Bahan Bakar Yang Bisa Diperbaharui

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 28 Februari 2019, 21:18 WIB
Kurangi Penggunaan Batubara, PLN Uji Coba Bahan Bakar Yang Bisa Diperbaharui
Ilustrasi/Net
rmol news logo Untuk mengurangi penggunaan batubara sebagai bahan bakar di PLTU Jeranjang, PT Indonesia Power bersama Puslitbang PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat melakukan uji coba metode co-firing yakni cara mensubstitusi sebagian batubara dengan bahan bakar yang bisa diperbaharui pada rasio tertentu.

"Untuk itu, dengan bangga kami melakukan uji coba co-firing RDF dengan batubara di PLTU Jeranjang. Saat ini persentase pellet RDF yang digunakan sampai dengan lima persen dari kebutuhan bahan bakar PLTU Jeranjang," ujar Direktur Utama Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani, Kamis (28/2).

Dia menjelaskan bila saat ini PLTU batubara masih mendominasi bauran energi nasional, berdasarkan data kementrian ESDM, total kapasitas terpasangpembangkit tenaga listrik nasional adalah 60,78 GW tahun 2017 dengan persentase terbesar adalah PLTU berbahan bakar batubara yaitu sebesar 58,3 persen. Untuk mengantisipasi menipisnya supply atau ketersediaan batubara, sehingga perlu adanya langkah konkrit dalam mereduksi pemakaian bahan bakar tersebut.

Metode co-firing sendiri telah umum dilakukan oleh sejumlah PLTU batubara di Eropa dan Amerika. Di Indonesia sendiri teknologi itu masih jarang ditemui, padahal potensi adanya bahan bakar lain yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi batubara cukup melimpah seperti sampah atau yang dikenal dengan konsep Waste to Energy (WTE).

"Pellet RFD sebagai bahan substitusi bahan bakar ini merupakan aksi nyata CSR Indonesia Power yang bekerja sama dengan STT PLN melalui program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) di Kabupaten Klungkung Bali, yaitu program mengelola sampah domestik menjadi pellet RFD yang bisa menjadi campuran bahan bakar PLTU batubara," jelas Sripeni.

Uji coba dilakukan pada 19-20 Februari 2019 pada beban 25 MW dengan tahapan hari pertama uji operasional dan hari kedua uji stabilitas selama lima jam. Uji coba menunjukkan hasil yang positif dimana sebagian besar parameter operasi dalam batas aman dan emisi gas buang yang didapat juga dalam batas normal, ini adalah yang pertama di Indonesia.

Seperti diketahui, sampah merupakan material yang jumlahnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Sampah domestik memiliki nilai kalori sekitar 1.000 kkal per kilogram, lebih rendah dibandingkan jerami padi(2.400 kkal/kg) atau sekam (3.000 kkal/kg). Nilai kalori sampah dapat ditingkatkan dengan cara mengubahnya menjadi pellet RDF dengan memanfaatkan bioactivator sehingga bau sampah akan hilang sertavolume sampah akan mengendap dan lapuk hingga 50 persen.

Bioproduk tersebut dapat meningkatkan kualitas thermal sampai dengan 3800 kcal per kilogram.

Untuk menjaga kualitas RDF dibutuhkan pengolahan pendahuluan (pre-treatment) sebelum dimanfaatkan dalam sistemWTE, pengolahan pendahuluan dapat berupa pengeringan secara alamiah maupun mekanik, pemanasan awal untuk menguapkan air yang ikut terbawa bersama sampah, dan pemotongan untuk mempermudahpembakaran. Pellet RDF juga mengandung lebih sedikit sulfur jika dibandingkan dengan batubara.

"Oleh karena itu, co-firing batubara dan pelet berpotensi menurunkan emisi CO2, NOx dan SOx," kata Sripeni.

Pellet RDF ini dapat diaplikasikan untuk gasifier dan substitusi bahan bakar pada PLTU batubara tipe stoker maupun Circulating Fluidizing Bed (CFB). Komposisi pellet RDF sendiri terbuat dari campuran sampah organik dan non organik (non PVC) dengan perbandingan 95 persen berbanding lima persen. PLTU Jeranjang merupakan PLTU tipe CFB yang akan dilakukan uji coba penerapan co-firing. 

Sebelum digunakan sebagai substitusi, pada pellet RFD ini dilakukan analisa kualitas baik analisa proximate maupun analisa ultimate. Untuk memastikan seberapa besar risikos lagging akibat penggunaan pelet RDF, dilakukan pengujian Ash Fusion Temperature (AFT) yang menunjukan nilai indeks slagging untuk pelet RDF pada kondisi reduksi sebesar 1395 oC dan pada kondisi oksidasi 1344 oC sehingga potensi slagging cenderung rendah. Selain itu ukuran pellet juga harus disesuaikan dengan berat jenisbatubara yang masuk ke boiler sehingga pelet dapat terbakar habis dan tidak carry over ke tube boiler. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA