Perdagangan komoditi nonmigas menggunakan kode HS dua digit dibedakan atas perdagangan pertanian, perdagangan industri hasil pengolahan pertanian, dan perdagangan non pertanian. Neraca perdagangan nonmigas menunjukkan surplus sebesar 13,71 miliar dolar AS tahun 2015. Kinerja surplus tersebut menurun menjadi sebesar 4,72 miliar dolar AS tahun 2018.
Peran ekspor industri pengolahan hasil pertanian terbesar adalah komoditi lemak dan minyak hewani maupun nabati, yang sebesar 18,66 miliar dolar AS (14,16 persen terhadap nilai ekspor nonmigas) tahun 2015. Peran tersebut menurun menjadi 18,76 miliar dolar AS (12,49 persen) tahun 2018. Keberadaan ekspor lemak dan minyak hewani maupun nabati dapat menimbulkan pengertian baru terhadap pengakuan surplus neraca ekspor pertanian. Surplus neraca perdagangan pertanian, yang sebenarnya disebabkan oleh peran ekspor industri pengolahan hasil pertanian. Ini lebih dekat sebagai kinerja Kementerian Perindustrian dibandingkan Kementerian Pertanian.
Peran ekspor produk pertanian terbesar ditunjukkan pada komoditi ikan dan udang. Komoditi ini menyumbang ekspor sebesar 2,66 miliar dolar AS tahun 2015. Peran ekspornya meningkat menjadi 3,02 miliar dolar AS. Komoditi ekspor ikan dan udang lebih dekat ke kinerja ekspor Kementerian Perikanan dan Kelautan dibandingkan kinerja Kementerian Pertanian.
Sementara itu kinerja ekspor tanaman pangan yang besar tidak terlihat berdasarkan kode HS dua digit. Yang terlihat adalah kinerja impor tanaman pangan, yaitu gandum-ganduman. Impor komoditi ini sebesar 3,16 miliar dolar AS tahun 2015. Impor meningkat menjadi 3,5 miliar dolar AS tahun 2018.
Gandum adalah tanaman pangan yang sulit diproduksi di Indonesia, sehingga peningkatan impor gandum-ganduman dalam nilai yang besar menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan di Indonesia, seperti beras, jagung, dan kacang kedele dilengkapi dan atau disubstitusi oleh keberadaan gandum-ganduman impor.
Tanpa pasokan gandum-ganduman bersumber impor, maka pengakuan swasembada beras dan jagung sebenarnya berpotensi terkoreksi oleh pasokan impor gandum-ganduman yang besar. Sementara itu kinerja Kementerian Pertanian antara lain terlihat pada perdagangan buah-buahan. Surplus neraca perdagangan buah-buahan sebesar 109,7 miliar dolar AS tahun 2015. Surplus berubah menjadi defisit neraca perdagangan buah-buahan sebesar minus 391,16 miliar dolar AS. Sayuran pun impor dari 0,56 miliar dolar AS tahun 2015 menjadi 0,6 miliar dolar AS tahun 2018.
[***]Penulis adalah peneliti INDEF dan pengajar Universitas Mercu Buana.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.