Ketua Umum Asosiasi PenguÂsaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, pada 2018 industri ritel tumbuh 10 persen. Sehingga pada tahun ini diharapkan mampu tumbuh lebih tinggi, yaitu 11 persen-12 persen. "Kita harapkan bisa meningkat di angka 11 persen-12 persen," ujar dia di Jakarta, kemarin.
Dia mengungkapkan, salah satu faktor pendorong dari pertumbuhan ritel di tahun ini yaitu, kenaikan dana desa dan adanya dana keluraÂhan yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah. Dana ini diharapÂkan menjadi stimulus bagi peningÂkatan daya beli masyarakat.
"Kita harapkan bisa lebih baik karena dana desa ditingkatkan dari Rp 60 triliun menjadi Rp 73 triliun. Kemudian ada dana keluÂrahan. Itu diharapkan signifikan memberikan produktivitas bagi masyarakat," kata dia.
Roy mengatakan, pertumbuÂhan ritel di tahun ini juga akan didorong oleh penyelenggaraan Pemilu. Diharapkan, Pemilu berÂlangsung dengan kondusif agar masyarakat tidak menahan konÂsumsinya di tahun politik ini.
"Kemudian ada pesta demokrasi dengan Pemilu, itu juga akan meningkatkan konsumsi, pemakaian baju, seragam, dan makanan minuman."
Namun yang penting, kata dia, adalah kestabilan politik. MenuÂrutnya, ketika Pemilu berjalan baik maka kepercayaan konÂsumen, investor, pelaku usaha terjaga. "Sehingga mendongkrak kepada pertumbuhan yang lebih baik lagi," tandas dia.
Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta optimistis, bisnis ritel masih dapat terus bertumbuh. Meskipun, industri ritel disebut akan terdampak revolusi industri.
"Saya kira, yang terkena dampak revolusi industri 4.0 tidak hanya di bisnis ritel, tapi di semua industri," ujarnya.
Tutum mengamini, perubahan konsumsi dan belanja masyarakat yang mengandalkan e-commerce juga memberikan dampak terhadap industri ritel. "Merespons tren tersebut, bisnis ritel akan tetap membuka gerai, salah satunya dengan cara mengefisienkan ruang di tiap gerai yang disesuaikan dengan jumlah pegawai," katanya.
Ketua Umum Himpunan PenyeÂwa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, grafik pertumbuhan industri mulai mengalami peningÂkatan yang cukup baik.
"Saya lihat ini membaik terus. Untuk tahun ini, dengan tren terseÂbut itu saya rasa masih akan meningkat terus karena ritel kita sudah turun hampir 3 tahun ini," ujarnya.
Dirinya menyampaikan, data dari anggota, tercatat jumlah ekspansi pada tahun ini jauh lebih besar ketimbang penutupan. Hal tersebut didukung oleh faktor ekÂspansi peritel di segmen
food and beverages yang rajin membuka gerai atau restoran baru tahun ini.
"Format restoran itu buka gerai terus, tetapi format departeÂment store dan hypermarket ini yang agak menurun. Format geÂrai yang luas dan besar-besar ini masih belum baik," lanjutnya.
Dari beberapa format, menuÂrutnya minimarket masih menÂjadi segmen yang bertumbuh cuÂkup baik dari sisi kinerja, disusul oleh segmen F&B dan
specialty store. Sedangkan segmen deÂpartment store dan fesyen masih sedikit mengalami tekanan.
Hal senada diungkapkan Managing Director PT Panen LesÂtari Internusa Handaka Santosa. Menurutnya, pertumbuhan pasar ritel di Tanah Air menunjukkan tren membaik. Hal ini ditunjukÂkan oleh pertumbuhan salah satu unit usahanya, yakni SOGO, yang mencapai pertumbuhan dua digit.
"SOGO berhasil tumbuh dua digit. Ini berkat inovasi kami yang melakukan kolaborasi sistem
offline dan
online," tegas Handaka yang juga CEO SOGO Indonesia itu.
Gaya hidup digital masyarakat juga mendorong bertumbuhnya sektor ritel
offline. Misalnya konsumen melakukan pembelian secara online, tetapi mengambil barang yang dibeli di toko fisik di mal dan menggunakan pemÂbayaran nontunai. "Ini sekarang menjadi tren," tutupnya. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: