Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pertumbuhan Ekonomi 2018 Diperkirakan Mencapai 5,15 Persen

Kamis, 03 Januari 2019, 02:54 WIB
Pertumbuhan Ekonomi 2018 Diperkirakan Mencapai 5,15 Persen
Ilustrasi/Net
rmol news logo Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018 bisa mencapai kisaran 5,15 persen atau di bawah asumsi dalam APBN sebesar 5,4 persen.

"Momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga meski ada gejolak, kita perkirakan 5,15 persen. Ada revisi dari sebelumnya 5,17 persen," jelasnya di Jakarta, Rabu (2/1).

Menurut Sri Mulyani, perkiraan tersebut merupakan pencapaian yang bagus dalam kondisi lingkungan global masih diliputi ketidakpastian. Motor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah permintaan domestik terutama dari konsumsi rumah tangga, investasi maupun konsumsi pemerintah.

Sedangkan, peningkatan kinerja ekspor dan impor masih terbatas sejalan dengan tren melemahnya perdagangan dunia sebagai dampak peningkatan tekanan perang dagang.

"Kita melihat respon dari kebijakan di 2018 akan terasa di kuartal terakhir. Namun ketidakpastian global mempengaruhi permintaan sehingga ada revisi ke bawah," bebernya.

Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi memberikan dampak langsung pada penciptaan lapangan kerja, pengurangan tingkat pengangguran dan penurunan angka kemiskinan juga ketimpangan. Hal itu terlihat dari tingkat pengangguran per Agustus 2018 sebesar 5,34 persen, tingkat kemiskinan per Maret 2018 mencapai 9,82 persen dan koefisien gini sebesar 0,389.

"Dengan perkembangan ekonomi yang terjaga sehat maka kesejahteraan masyarakat secara umum terus membaik," katanya.

Realisasi sementara asumsi makro lainnya di 2018 yaitu laju inflasi 3,13 persen, tingkat suku bunga SPN tiga bulan 4,95 persen dan nilai tukar Rp 14.247 per dolar Amerika Serikat.

Kemudian, harga minyak mentah Indonesia seharga USD 67,5 per barel, lifting minyak 776 ribu barel per hari dan lifting gas 1.136 ribu barel setara minyak per hari.

"Sampai akhir tahun stabilitas nilai tukar dapat dijaga pada kisaran Rp 14.247 per dolar AS atau terdepresiasi sekitar 6,9 persen dari posisi di akhir 2017," jelas Sri Mulyani, seperti dikutip Antara. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA