Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kehadiran IMF Dan Bank Dunia Tidak Beri Keuntungan Apa-Apa Bagi Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Rabu, 10 Oktober 2018, 12:40 WIB
Kehadiran IMF Dan Bank Dunia Tidak Beri Keuntungan Apa-Apa Bagi Rakyat
rmol news logo . Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Berbagai elemen masyarakat sipil ikut merespons agenda pertemuan tersebut.

Gerak Lawan sebagai bagian kelompok masyarakat sipil juga turut merespon agenda yang diinisiasi oleh IMF dan Bank Dunia yang dilangsungkan di Bali pada 10-14 Oktober. Dengan tajuk Rakyat Menggugat: World Beyond Bank.

Koordinator Gerak Lawan, Muhammad Reza Sahib mengatakan, IMF dan Bank Dunia adalah dua lembaga yang kehadirannya sama sekali tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi rakyat dunia.

"IMF adalah sebuah kenihilan, kesia-siaan yang hakiki atas kontribusinya bagi kesejahteraan masyarakat dunia. Tak ada hal siginifikan yang berguna dilakukannya selama lembaga ini eksis di muka bumi. Yang miskin tetap saja miskin, malah makin miskin. Kedaulatan negara digerogoti," tuturnya.

"Selama lima hari ke depan Gerak Lawan akan melakukan serangkaian kegiatan mulai dari aksi damai, diskusi, dan pertunjukan budaya untuk menyuarakan penolakan atas kedua lembaga ini," lanjut Reza Sahib seperti dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.

David Calleb Otieno dari Kenyan Peasants League (Organisasi Petani Kenya) menambahkan, di negaranya, IMF memaksakan paket reformasi yang terus menguntungkan para kreditor.

"Rasio utang Kenya pada PDB saat ini adalah sekitar 70 persen. Jadi hampir semua diprivatisasi: air, telekomunikasi, transportasi. Kenya bahkan punya ATM Air. Petani jadi kehilangan otonomi terutama atas benih dan kebijakan pertanian karena semuanya didorong untuk pencarian laba dan cash crops. Kebijakan ini semuanya didorong oleh Bank Dunia dan IMF," paparnya.

Sementara itu Zainal Arifin Fuad dari Koordinator Internasional La Via Campesina menambahkan, IMF dan Bank Dunia juga berperan dalam mengkooptasi makna reforma agraria.

"Ada beberapa contoh dimana Bank Dunia dan IMF juga mencoba berbicara bahasa perjuangan tani dengan mendukung reforma agraria, tetapi itu sebenarnya adalah bentuk-bentuk reforma agraria berbasis pasar, reforma agraria palsu, bukan yang diinginkan komunitas petani," sebutnya.

"La Via Campesina sebagai gerakan petani internasional akan terus menyuarakan perlawanan atas IMF-Bank Dunia, khususnya dalam pertemuan tahunan di Bali tahun ini," sambung Ketua Departemen Luar Negeri, Serikat Petani Indonesia (SPI) itu. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA