Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kenaikan Harga Batas Telur Dan Ayam Menguntungkan Peternak

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 01 Oktober 2018, 20:28 WIB
Kenaikan Harga Batas Telur Dan Ayam Menguntungkan Peternak
Ilustrasi/Net
rmol news logo Rencana kenaikan harga batas bawah dan batas atas telur dan ayam dinilai dapat memberikan kepastian usaha.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Menurut pengamat pangan Imelda Freddy, penerapan rencana itu juga diharapkan mampu menstabilkan harga telur dan ayam di tingkat petani atau produsen.

Dia menjelaskan, 70 persen komponan harga telur dan ayam dipengaruhi harga pakan ternak berbahan dasar jagung. Di mana, jagung tergolong komoditas yang inelastis atau adanya perubahan harga tidak terlalu mempengaruhi jumlah permintaan secara signifikan di tingkat pasar pakan ternak.

"Pemerintah perlu memastikan ketersediaan jagung yang berkualitas dan harganya terjangkau di pasaran. Dengan stabilnya pasokan, harga telur dan ayam akan stabil. Adanya kenaikan batas bawah dan atas juga akan membantu menstabilkan harga dan mencegah kerugian yang lebih besar," papar Imelda kepada wartawan, Senin (1/10).

Diketahui, pemerintah ingin merevisi kembali peraturan mengenai harga eceran tertinggi (HET) produk telur dan ayam. Sebelumnya, hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan 58/2018. Revisi regulasi menunjukkan bahwa peraturan yang sebelumnya belum efektif untuk menekan laju penuruan harga ayam dan telur di tingkat petani.

Jatuhnya harga kedua komoditas tersebut membuat produsen atau peternak ayam dan jagung terpuruk. Selain cost production tinggi, mereka pun ditekan dengan harga ayam atau telur yang terus jatuh di pasar. Sekalipun pemerintah sudah menetapkan HET pada Mei agar harga acuan terendah di peternak berkisar Rp 17 ribu sampai Rp 18 ribu. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa harga di tingkat petani hanya mencapai Rp 16 ribu.

"Artinya kebijakan HET yang disahkan pada bulan Mei lalu kurang efektif untuk menjaga kestabilan harga dan melindungi produsen ayam dan telur," kata Imelda.

Dia menambahkan, situasi itu juga menjelaskan aktivitas peternak ayam dan telur yang berminat menyimpan sebagian suplai daging di cold storage. Aksi dilakukan bukan bertujuan menimbun namun lebih untuk mengatasi surplus ayam dan telur yang sudah mulai terjadi sejak awal 2018.  

"Dengan disimpannya komoditas ini, para pengusaha bertujuan untuk menekan kerugian yang diakibatkan oleh menurunnya harga telur dan ayam di pasaran," ujar Imelda yang juga peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA