Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Holding BUMN Tambang Proyeksi Ekspor 2,51 Miliar Dolar AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 13 September 2018, 11:28 WIB
Holding BUMN Tambang Proyeksi Ekspor 2,51 Miliar Dolar AS
Rini Soemarno/RM
rmol news logo PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum), induk holding BUMN tambang, memproyeksikan tahun ini penjualan ekspor mineral, batubara, dan produk hilirisasinya sebesar 2,51 miliar dolar AS.  

Jumlah ini meningkat 33 persen dibandingkan realisasi 2017 sebesar 1,89 miliar dolar AS.

Demikian pemaparan Direktur Utama Inalum, Budhi Gunadi Sadikin saat konferensi pers laporan produksi dan transaksi ekspor mineral tambang di Jakarta, Rabu (12/9).

"Kita tahun ini rencana ekspor itu 2,5 miliar dolar. Contoh gini, ekspor ore misalnya, kalau diproses feronikel, bisa lebih besar. Jadi, kalau yang diekspor dalam bentuk hilirisasi maka kenaikannya tinggi. Misalnya, bauzite ada alumunium, angka deket, tapi bauxite itu kilo ton ekspornya. Kalau di bauxite bisa jadi alumunium," ujar Budhi.

Budhi menegaskan komitmen holding industri pertambangan meningkatkan kinerja ekspor dan arus masuk dolar, serta memperkuat cadangan devisa negara.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Timah, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani memastikan 90 persen produksi perusahaan untuk ekspor.

"Sisanya 350 ton itu domestik. Tapi itu sebagian besar diserap anak usaha kami. Produk akhirnya juga ekspor, dalam bentuk solder dan gem chamical. Pasar kita Asia, Eropa, dan Amerika, juga masuk ke China," jelasnya.

Produksi timah Indonesia sendiri merupakan terbesar nomor dua di dunia. "Jadi, alhamdulillah, Indonesia bisa ikut mengendalikan harga pasar dunia," ucap mantan direktur keuangan di Perusahaan Gas Negara ini.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengakui ada kewajiban memenuhi kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN), tapi tidak mempengaruhi ekspor batubara.  

"Kewajiban PLN kan cuma 20 persen. Kita sudah 60 persen. Nggak mengurangi laba kita juga kok. Cost pengurangan kita di 2018 bisa ngurangin cost 10 persen daripada cash cost di 2017. Laba di 2018 bisa lebih baik dari tahun lalu, walapun ada tekanan harga jual kita ke PLN," terangnya.

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno yang juga hadir mengatakan, sumber daya alam Indonesia, khususnya mineral tambang, sangatlah berlimpah. Dengan terus meningkatkan ekspor komoditas pertambangan dan produk  hilirisasi, ia berharap dapat memberikan keuntungan lebih bagi rakyat dan negara.

"Saya senang tadi dilaporkan Inalum beserta perusahaan di holding (tambang) lainnya memaparkan laporan kinerja. Karena memang sekarang, belakangan ini banyak sekali pembicaraan pelemahan dolar dan neraca perdagangan kita negatif. Growth impor kita jauh lebih besar dari ekspor," tutur Rini.

Justru, lanjut Rini, selain perdagangan dan perusahaan tambang, holding BUMN ini banyak melakukan ekspor seperti semen, pupuk, obat dan vaksin. Juga dari Pindad yaittu senjata maupun mobil tank yang tahun ini angka penjualan bisa mencapai 700 - 800 juta dolar AS.

"Ini kan sebenarnya mau kita tekankan. Sekarang BUMN, tekanannya bukan hanya peningkatan pasar domestik, tapi juga pasar internasional," imbuh Rini. [wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA