Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Setelah 32 Tahun, Indonesia Kembali Swasembada Beras

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 28 Desember 2016, 18:26 WIB
Setelah 32 Tahun, Indonesia Kembali Swasembada Beras
Amran Sulaiman
rmol news logo Indonesia pernah merasakan swasembada beras tahun 1984. Setelah 32 tahun berlalu, akhirnya prestasi tersebut kembali diraih.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan keberhasilan swasembada beras ini ditandai dengan tidak adanya impor beras disepanjang tahun 2016. Hal tersebut diakui oleh badan pangan dunia atau Food and Agriculture Organization (FAQ).

"Ini prestasi besar, setelah 32 tahun kita bisa meraih kembali prestasi yang pernah dicapai 1984, dimana FAO secara resmi mengakui Indonesia saat itu swasembada beras," jelas Menteri Amran dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (28/12).

Kata Amran, faktor lain yang membuat Indonesia mampu melakukan swasembada pangan ditandai dengan stabilnya pasokan beras sepanjang tahun. Kondisi cuaca ekstrim seperti El Nino dan La Nina tidak berpengaruh ke petani karena pasokan justru meningkat 8,3 juta ton atau setara dnegan Rp38,5 triliun.

"Tahun ini tidak ada rekomendasi dan izin impor, termasuk beras premium” katanya.

Berdasarkan angka Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian, produksi padi 2016 mencapai 79,14 juta ton GKG, meningkat 3,74 juta ton dibanding 2015. Produksi jagung 2016 sebanyak 23, 16 juta ton pipilan kering, atau meningkat 3,55 juta ton dibanding 2015. Sekedar diketahui, dalam hal ketersediaan pangan, Presiden Joko Widodo juga menegaskan, bahwa tahun ini (2016) tidak ada impor beras dan jagung juga sudah turun 60%.

FAO Representatif Indonesia Mark Smulders mengapresiasi capaian peningkatan produksi pangan Indonesia khususnya padi dan jagung. Dua komoditi tersebut menurutnya menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menekan impor dari negara lain.

"Perubahan iklim memilki dampak besar pada keamanan pangan, sebagian besar dari ratusan juta orang yang menderita kekurangan gizi kronis adalah petani kecil, nelayan dan peternak," kata Mark. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA